Senin 06 Feb 2023 09:53 WIB

Rupiah Senin Pagi Tergelincir 132 poin, Mata Uang Lain?

Dolar AS terpantau memperpanjang relinya di awal sesi Asia

Uang kertas sterling Inggris diletakkan di atas meja di bursa mata uang di Brussels, Belgia, 23 September 2022. Euro dan sterling turun terhadap dolar AS pada 23 September, dengan euro mencapai level terendah sejak Oktober 2020 dan sterling turun ke terendah dalam 37 tahun.
Foto: EPA-EFE/STEPHANIE LECOCQ
Uang kertas sterling Inggris diletakkan di atas meja di bursa mata uang di Brussels, Belgia, 23 September 2022. Euro dan sterling turun terhadap dolar AS pada 23 September, dengan euro mencapai level terendah sejak Oktober 2020 dan sterling turun ke terendah dalam 37 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (6/2/2023) pagi, tergelincir 132 poin atau 0,88 persen ke posisi Rp15.025 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.894 per dolar AS.

Kurs tengah yuan juga terpantau anjlok 355 basis poin menjadi 6,7737 terhadap dolar AS, membukukan kerugian tajam untuk hari kedua berturut-turut setelah akhir pekan lalu tergelincir 252 basis poin menjadi 6,7382, menurut Sistem Perdagangan Valuta Asing China.

Baca Juga

Di pasar spot valuta asing China, yuan diperbolehkan naik atau turun sebesar 2,0 persen dari tingkat paritas tengahnya setiap hari perdagangan. Kurs tengah yuan terhadap dolar AS berdasarkan rata-rata tertimbang harga yang ditawarkan oleh pelaku pasar sebelum pembukaan pasar uang antar bank pada setiap hari kerja.

Dolar AS terpantau memperpanjang relinya di awal sesi Asia pada Senin pagi ini setelah laporan pekerjaan AS yang kuat menunjukkan Federal Reserve bisa tetap hawkish lebih lama. Sementara yen terpukul oleh berita Deputi Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Masayoshi Amamiya digadang-gadang menjadi gubernur berikutnya.

 

Surat kabar Nikkei mengutip pemerintah anonim dan sumber partai yang berkuasa, melaporkan bahwa pemerintahan Perdana Menteri Fumio Kishida sedang dalam tahap akhir untuk memutuskan pengganti gubernur saat ini Haruhiko Kuroda bersama dengan dua wakil gubernur baru.

Yen melemah ke level terendah tiga minggu di 132,60 per dolar setelah laporan tersebut, dan terakhir mencapai 132,35, turun 0,88 persen.

Kepala ekonomi pasar di National Australia Bank, Tapas Strickland mengatakan kredensial kebijakan dovish Amamiya meningkatkan ketidakpastian tentang keluarnya BoJ dari sikap moneternya yang sangat longgar.

Pengaturan kebijakan BoJ yang longgar telah menarik kritik yang semakin meningkat dari banyak pihak, termasuk politisi oposisi dan pedagang, karena mendistorsi fungsi pasar.

"Amamiya telah membantu Kuroda sejak 2013 dalam kebijakan moneter, dan dianggap paling dovish di antara para pesaing, yang menghancurkan harapan bahwa normalisasi kebijakan BoJ dapat berkembang di bawah ketua baru," kata ahli strategi Saxo Markets.

Amamiya memainkan peran kunci dalam menyusun program pembelian aset Kuroda pada tahun 2013 dan secara konsisten menyerukan untuk mempertahankan suku bunga yang sangat rendah.

Namun dia juga mengatakan pada Juli, BoJ harus "selalu" memikirkan cara untuk keluar dari kebijakan moneter yang sangat longgar. Pada Jumat (3/2/2023), laporan ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja AS yang diawasi ketat menunjukkan bahwa data penggajian nonpertanian (NFP) melonjak 517 ribu pekerjaan bulan lalu.

Para ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan kenaikan 185.000. Dolar melompat lebih tinggi dan memperpanjang reli pada Senin pagi. Terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, mata uang AS menyentuh tertinggi hampir empat minggu di 103,22 dan terakhir di 103,18.

The Fed pada Rabu (1/2/2023) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dan mengatakan telah melewati periode paling sulit dalam perang melawan inflasi, mengarahkan investor untuk menentukan perkiraan di jalur yang lebih dovish ke depan.

Tetapi angka penggajian yang mencolok bersama dengan rebound industri jasa-jasa AS pada Januari membuat investor mempertanyakan bahwa Fed hampir selesai dengan kebijakan pengetatan moneternya.

"Kekhawatiran tentu saja adalah bahwa data yang jauh lebih baik dari yang diperkirakan adalah berita buruk jika Fed melihat ini sebagai mendukung kasus dua kenaikan lagi dan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama," kata Strickland dari NAB.

Sementara itu, euro turun 0,09 persen menjadi 1,0783 dolar, sterling terakhir diperdagangkan pada 1,203 dolar atau turun 0,17 persen, level terendah sejak 6 Januari. Dolar Australia turun 0,14 persen menjadi 0,6912 dolar AS, sedangkan kiwi turun 0,33 persen menjadi 0,6310 dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement