REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan suku bunga yang dilakukan Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve atau The Fed diprediksi akan memicu bank sentral negara lainnya juga meningkatkan suku bunga. Meskipun begitu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal mengatakan kenaikan suku bunga akan lebih ringan.
Faisal memprediksi keputusan The Fed menaikan suku bunga pada Rabu (1/2/2023) akan mendorong bank sentral negara lain melakukan hal yang sama. "Yang jelas kenaikan tingkat suku bunga The Fed pasti akan mendorong kenaikan suku bunga bank sentral negara lain, termasuk emerging market seperti Indonesia," kata Faisal kepada Republika.co.id, Kamis (2/2/2023).
Hanya saja, lanjut Faisal, tingkat kenaikan suku bunga akan lebih mild seperti yang dilakukan The Fed saat ini. Faisal mengatakan, tingkat kenaikan suku bunga yang dilakukan The Fed saat ini terus menurun.
"Kalau dibandingkan tahun lalu itu (kenaikan suku bunga The Fed) sampai 50 basis poin kalau tidak salah sempat juga 75 basis poin. Ini kan sekarang hanya 25 basis poin saja jadi sudah lebih mild sebetulnya kenaikannya," jelas Faisal.
Dengan begitu, Faisal menilai kenaikan suku bunga di negara lain termasuk Indonesia juga kemungkinannya akan lebih ringan. Meskipun begitu, Faisal memprediksi AS masih akan terus menaikan suku bunganya hingga inflasi mendekati target.
The Fed kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu (1/2/2023) menjadi kisaran 4,5-4,75 persen. Keputusan The Fed tersebut melanjutkan kenaikan sebelumnya.
Hanya saja laju kenaikan suku bunga The Fed tersebut terus melambat. Khususnya, sebelumnya menaikan 50 basis poin pada Desember 2022 dan pada empat bulan pertemuan sebelumnya sebanyak 75 basis poin.