REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melihat hilirisasi yang tengah dijalankan pemerintah sejak sekitar lima tahun terakhir memiliki pertumbuhan 100 sampai 200 persen. Meskipun begitu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyebut Indonesia masih mengalami sandungan kendala dalam mengakselerasi hilirisasi.
Dody menyebut, dari sisi investasi juga meningkat sangat besar, khususnya dengan adanya kapasitas yang bertambah. "Tapi ada masalah dukungan cadangan dari hilirisasi produk kita yang tidak begitu kuat. Ada penurunan dari tahun ke tahun," kata Dody dalam diskusi Peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).
Dody juag menyoroti mengenai kebijakan penyetopan ekspor komoditas sumber daya alam (SDA). Dody menyoroti mengenai Indonesia yang harus menahan ekspor komoditas SDA.
Dia menilai, akselerasi SDA dan industri turunannya perlu terus diperkuat. "Ini untuk mendorong kapasitas output potensial dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga memperkuat ketahanan eksternal," jelas Dody.
Dody mengakui peluang Indonesia dalam hilirisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan. Dody memastikan, BI akan bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi untuk melakukan upaya terobosan.
Selain itu, Dody memastikan, BI juga akan mengajak Kementerian Keuangan mengenai penentuan kebijakan fiskal dan nonfiskal. "Apa kemudian kebijakan investasi yang bisa didukung dari sektor riil juga. Ini akan salah satu bagian game changer ekonomi kita ke depan yang lebih berkelanjutan," ungkap Dody.