REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berupaya meningkatkan pembiayaan di Aceh. BSI melihat adanya peluang dari komitmen Aceh dalam penegakan dan implementasi ekonomi dan keuangan syariah secara universal integral.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyampaikan, sepanjang 2022, BSI telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp 17 triliun di Aceh. Hery meyakini pembiayaan di Aceh akan tetap tumbuh positif tahun ini.
"Pada 2023 pertumbuhan pembiayaan BSI di Aceh ditargetkan sebesar 15-20 persen," kata Hery saat ditemui dalam acara Sharia Economic and Investment Outlook 2023: Akselerasi Pembangunan Ekonomi Aceh, Rabu (25/1/2023).
Hery menjelaskan, pertumbuhan pembiayaan di Aceh akan didukung mobilitas masyarakat yang sudah kembali normal. Kondisi yang mulai kondusif ini akan dapat meningkatkan belanja masyarakat.
Saat ini, porsi pembiayaan di Aceh terhadap pembiayaan BSI secara nasional mencapai sekitar 6 persen, terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Berdasarkan segmennya, pembiayaan untuk UMKM mendominasi dengan porsi mencapai 42 persen.
Porsi pembiayaan tersebut sudah sesuai peraturan Qanun yang mengamanatkan pembiayaan untuk UMKM minimal 40 persen pada 2024. "Amanat tersebut sudah BSI penuhi sejak Desember 2021 dan terus berlanjut di 2022," kata Regional CEO BSI Aceh Wisnu Sunandar.
Ke depan, BSI akan fokus menyasar pembiayaan UMKM di sektor pertanian, perdagangan dan perkebunan. BSI menargetkan dapat menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga Rp 3 triliun pada tahun ini, naik dari Rp 2,7 triliun pada tahun lalu.
Per 31 Desember 2022, aset BSI di Aceh mencapai sekitar Rp 18,3 triliun, dana pihak ketiga mencapai lebih dari Rp 16 triliun, serta total nasabah sekitar 2,9 Juta nasabah. BSI saat ini telah memiliki 163 outlet yang tersebar di berbagai daerah di Aceh.