REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding BUMN farmasi menyiapkan sejumlah rencana untuk PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) yang baru bergabung pada Juli lalu. Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir selaku induk holding mengatakan akan mengoptimalkan potensi Inuki yang memiliki kompetensi dalam sektor nuklir.
"Kita berpikir keras, mereka punya kompetensi yang langka di sektor nuklir dengan sertifikasi juga," ujar Honesti saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Honesti menyebut Inuki akan menjadi vehicle sebagai bagian dari rencana spin off Bio Farma sebagai operating company. Pria kelahiran Padang itu mengaku sudah mendapat persetujuan dari Menteri BUMN Erick Thohir perihal rencana tersebut.
"Ada solusi yang kami tawarkan, lampu hijau sudah dapat dari Menteri BUMN (Erick Thohir), Bio Farma kan mau di-spin off fokus jadi guidance, sementara operator jadi anak usaha, dan Inuki jadi vehicle di situ, tapi mungkin namanya berubah," ucap dia.
Selain itu, lanjut Honesti, holding juga akan mendorong Inuki untuk fokus pada proyek bisnis siklotron. Ia menyampaikan holding telah melakukan studi kelayakan akan rencana bisnis Inuki dengan menyasar 72 RS BUMN sebagai tahap awal.
Honesti mengatakan, pengembangan bisnis siklotron memiliki prospek cerah dengan nilai investasi Rp 100 miliar-Rp 200 miliar dan sudah balik modal dalam lima tahun.
"Kita akan mulai program ini di 2023. Tugasnya Inuki suplai produk-produk pengobatan nuklir untuk RS BUMN dulu, lalu ada beberapa RS swasta dalam daftar kita," lanjut Honesti.
Honesti menyampaikan holding juga akan terus mencari peluang bagi pengembangan bisnis Inuki melalui sejumlah pengobatan berbasis nuklir lainnya. Dia mengatakan holding juga telah melakukan kajian cermat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam mengembangkan pengobatan berbasis nuklir.
"Dalam studi kelayakan kita coba di RS BUMN dulu, yang mana sudah ada fasilitas radiofarmaka sebelum ke swasta. Kita juga ada kemitraan dengan supplier yang sudah pengalaman dan terbukti di Singapura. Tentu kita sangat hati-hati karena kita tidak tahu sama sekali, kita juga gunakan konsultan yang mengerti ini," kata Honesti menambahkan.