REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu fenomena resesi global 2023 semakin ramai dibahas. Pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ayif Fathurrahman menilai, Indonesia tidak terkena resesi yang dapat mengancam perekonomian nasional.
Ayif mengatakan, ketahanan ekonomi Indonesia didasarkan oleh beberapa faktor seperti keterlibatan Indonesia terhadap aktivitas ekonomi internasional masih tergolong rendah. Indonesia pun tidak seperti Turki atau Amerika Serikat (AS).
Ia menerangkan, keterlibatan Indonesia dalam forum internasional di bidang ekonomi masih sangat terbatas, bahkan di bawah 20 persen. Namun, dampak positif dari Indonesia yang belum memakai instrumen seperti digital international payment.
"Hal itu membuat Indonesia menjadi tidak rapuh terhadap ketidakpastian ekonomi global," kata Ayif dalam diskusi ilmiah yang digelar Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi UMY, Rabu (18/1/2023).
Menurut Ayif, ketahanan ekonomi Indonesia bisa dilihat dari sektor yang masih stabil pertumbuhannya, seperti sektor ekspor impor. Dalam kuartal terakhir, stabilitas ekspor impor Indonesia bisa dibilang baik atau cenderung meningkat.
Termasuk, harga beberapa komoditas seperti sawit dan logam yang juga meningkat dan menguntungkan Indonesia. Ayif menambahkan, pada 2021 pendapatan Indonesia melalui ekspor batu bara bisa mencapai Rp 400 triliun.
Namun, sekalipun dengan nominal sebesar itu, kenyataannya komposisi ekspor impor dari total Produk Domestik Bruto (PDB) masih hanya sekitar 50 persen. Sehingga, guncangan ekonomi di tingkat global dirasa yang tidak akan terlalu berdampak.
Hal ini karena stabilitas ekonomi nasional lebih dipengaruhi oleh keberadaan UMKM yang turut menjadi bentuk antisipasi dari pemerintah Indonesia. UMKM di Indonesia memberikan kontribusi yang lebih besar yaitu sekitar 67 persen.
"Maka, jika Indonesia ingin mempertahankan fundamental ekonomi nasional harus menguatkan eksistensi UMKM," ujar Ayif.
Ayif tidak menyangkal, masih ada faktor yang membuat Indonesia rentan terkena resesi. Salah satunya jika masyarakat kaya lebih mengutamakan investasi di luar negeri dibanding dalam negeri yang bisa menyebabkan Indonesia kekurangan modal.
Maka itu, pemerintah Indonesia harus lebih hati-hati dalam mengambil kebijakan. Namun, Ayif mengaku tetap optimistis, selama Indonesia dapat mempertahankan basis fundamental ekonomi, Indonesia dinilai akan dapat bertahan dari ancaman resesi.
"Justru, Indonesia dapat menjadikan ini sebagai peluang, bukan ancaman," kata Ayif.