REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan insurtech regional Igloo menyebutkan telah menggalang dana tambahan senilai 27 juta dolar AS, yang menutup babak pendanaan seri B senilai 46 juta dolar AS.
Pendanaan Seri B untuk Igloo diawali dengan dana sebesar 19 juta dolar AS pada Maret 2022 dipimpin oleh Cathay Innovation, dengan tambahan investasi dari ACA dan sejumlah investor sebelumnya termasuk OpenSpace.
"Dukungan dari para investor menunjukkan nilai dari proposisi teknologi kami dalam mempermudah akses asuransi dan lebih terjangkau untuk masyarakat yang belum terlayani. Khususnya pekerja gig dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)," kata Co-Founder dan CEO Igloo Raunak Mehta dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (9/1/2023).
Babak pendanaan kali ini terdiri dari konsorsium investor termasuk BlueOrchard, Women's World Banking Asset Management (WAM), dan Finnfund,
Sebagai firma insurtech di Asia Tenggara, membangun ekosistem yang berkelanjutan menjadi prioritas utama bagi Igloo. "Sekarang, kami siap untuk memanfaatkan keahlian dan meningkatkan pertumbuhan di seluruh wilayah serta terus memperkuat portofolio produk dan layanan dalam mengatasi kesenjangan asuransi tradisional," imbuh Raunak.
Sejalan dengan komitmen untuk mendukung industri asuransi Tanah Air, Igloo telah menunjuk Henry Mixson, yang telah berpengalaman selama lebih dari 10 tahun di industri teknologi dan fintech, sebagai Country Manager Igloo di Indonesia. Di bawah kepemimpinan Henry, Igloo menargetkan peningkatan pertumbuhan perusahaan hingga tiga kali lipat pada 2023 dengan meluncurkan lebih banyak produk, menjalin kemitraan, menemukan lebih banyak mitra distribusi, dan membantu lebih banyak pelanggan sesuai kebutuhannya.
Hingga saat ini, Igloo telah menjalin kemitraan dengan lebih dari 55 perusahaan di tujuh negara dan lebih dari 15 produk dalam rangkaian produknya terus berkembang. Perusahaan telah memfasilitasi lebih dari 300 juta polis dan meningkatkan premi bruto sebesar 30 kali lipat sejak 2019.
Baru-baru ini, Igloo meluncurkan produk Asuransi Indeks Cuaca parametrik pertamanya di Vietnam, salah satu dari lima negara pengekspor beras terbesar di dunia. Produk ini mengotomatisasi pembayaran klaim yang dihitung menggunakan nilai yang telah ditetapkan sebelumnya untuk kerugian yang disebabkan cuaca atau bencana alam dengan memanfaatkan kontrak pintar (smart contract) berbasis blockchain.
"Ke depannya, Igloo juga berencana untuk memperluas jangkauan produknya ke Indonesia sebagai negara penghasil padi terbesar ke-3 di dunia, untuk melindungi para petani padi yang belum tersentuh layanan asuransi," kata Henry.