REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping memperkirakan, pertumbuhan ekonomi negaranya minimal akan mencapai 4,4 persen pada 2022. Dengan demikian, PDB negara Tirai Bambu itu akan mencapai 120 triliun yuan atau 17,4 triliun dolar AS. Hal itu disampaikan Xi dalam pidato tahun baru yang disampaikan pada Sabtu (31/12).
“Ekonomi Cina tetap menjadi yang terbesar kedua di dunia dan juga menikmati perkembangan yang baik,” kata Xi seperti dilansir Bloomberg pada Ahad (1/1/2023).
Ekspansi Cina tahun ini telah terpukul oleh wabah Covid-19 yang berulang, kemerosotan pasar properti yang terus-menerus, lesunya permintaan konsumen, dan berkurangnya permintaan luar negeri untuk barang produksi Cina. Hal itu berkontribusi pada penurunan ekonomi mereka.
Gangguan diperkirakan akan muncul semakin deras seiring kebijakan pemerintah yang memutuskan meninggalkan strategi zero covid di tengah kasus positif mereka justru melonjak pada musim dingin.
Analis memperkirakan, pertumbuhan Cina melambat menjadi 3 persen pada 2022. Aktivitas ekonomi pada Desember mengalami kontraksi terbesar dari bulan sebelumnya sejak Februari 2020. Hal itu menurut data manufaktur dan nonmanufaktur yang dirilis pada Sabtu.
Meski begitu, ekonom melihat kemungkinan rebound yang meningkat lebih cepat dan lebih kuat pada 2023 ini. Setelah melalui fase awal yang lambat pada periode Januari hingga Maret, pertumbuhan diproyeksikan meningkat menjadi 4,8 persen pada tahun ini.
“Ekonomi Cina menikmati ketahanan yang luar biasa, potensi yang luar biasa, dan vitalitas yang luar biasa. Fundamental yang menopang pertumbuhan jangka panjangnya tetap kuat,” ungkap Xi.