Senin 26 Dec 2022 17:29 WIB

Dirut Garuda Pastikan PMN tidak untuk Bayar Utang

Sebagian besar PMN digunakan untuk restorasi armada yang dimiliki Garuda Indonesia.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di Jakarta, Senin (26/12/2022) menjelaskan mengenai penggunaan PMN dan rencana restorasi armada yang siap dioperasikan.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di Jakarta, Senin (26/12/2022) menjelaskan mengenai penggunaan PMN dan rencana restorasi armada yang siap dioperasikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk saat ini sudah mengantongi penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memastikan PMN tersebut tidak akan untuk membayar utang. 

"PMN tidak kami gunakan untuk membayar utang. Juga tidak digunakan untuk karyawan," kata Irfan saat ditemui di Jakarta, Senin (26/12/2022). 

Baca Juga

Irfan memastikan sebagian besar dari PMN tersebut digunakan untuk restorasi armada yang dimiliki Garuda Indonesia. dia menuturkan, sebelumnya diharapkan PMN lebih awal diberikan dan 60 persennya digunakan untuk restorasi pesawat. 

"Karena PMN datangnya terlambat tidak sesuai dengan perkiraan kita, akhirnya yang kita lakukan dulu restorasi dari dana operasional. Ini menunjukan kami sudah membaik secara finansial sudah positif," jelas Irfan. 

Irfan menambahkan, restorasi pesawat juga sebelumnya sudah dilakukan bekerja sama dengan PT perusahaan Pengelolaan Aset (PPA). Fasilitas pembiayaan dengan nilai Rp 725 miliar dengan seka bagi hasil selama lima tahun. 

"Nah itu (PMN, dana operasional, kerja sama dengan PPA) mayoritas kita pakai untuk restorasi pesawat," tutur Irfan. 

Begitu pesawat siap, Irfan memastikan armada yang dimiliki akan langsung diterbangkan. Selanjutnya, Garuda akan membuka kembali rute yang sebelumnya ditutup dan penambahan frekuensi. 

"Penambahan frekuensi ini maksudnya misalnya, seminggu belum lima kali jadi lima kali, setiap hari sekali jadi dua kali, yang dua kali jadi 3 kali. Kita tingkatkan pokoknya frekuensinya," ungkap Irfan. 

Irfan mengakui dalam proses restorasi pesawat juga membutuhkan dana yang cukup besar. Khususnya pesawat berbadan lebar yang mesinnya sudah jatuh tempo untuk masuk perawatan. 

Dia menuturkan, proses restorasi pesawat masih akan terus berjalan hingga 2023. "Kami harapkan bisa selesai sampai pertengahan 2023. Pesawat ini bisa ditawarkan untuk penerbangan domestik dan internasional," jelas Irfan. 

Irfan mengungkapkan, dengan adanya penambahan pesawat maka garuda bisa meningkatkan frekuensi penerbanga. Bahkan tidak menutup kemungkinan membuka kembali rute yang sebelumnya sudah nonaktif. 

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, restrukturisasi memberikan dampak positif bagi kinerja Garuda Indonesia. Erick menyebut utang Garuda turun signifikan hampir 50 persen.

“Ekuitas dari minus 53 persen, sekarang minus 1,5 persen, sudah menurun jauh daripada cengkraman utang dan lain-lain. Kalau lihat performa pada Juni 2022, Garuda sudah mulai menciptakan laba sebesar 3,8 miliar (Rp 57 triliun)," kata Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (5/12/2022).

Untuk itu, Erick mengatakan penyertaan modal negara (PMN) akan membuat kinerja Garuda kian optimal. Hal tersebut bertujuan dalam menambahkan armada dan frekuensi penerbangan domestik.

Erick mencontohkan total pesawat di Amerika Serikat (AS) mencapai 7.500 pesawat. Untuk Indonesia, idealnya terdapat 750 pesawat, namun saat ini hanya 550 pesawat. Erick menilai penambahan jumlah pesawat Garuda akan membantu memenuhi peningkatan permintaan masyarakat dan berdampak pada penurunan harga tiket pesawat.

"Kita mendorong kenapa PMN bisa segera dilakukan karena armada yang dibutuhkan saat ini untuk menangani harga tiket yang cukup naik-turun. Domestik harus prioritas, perbaikan kinerja Garuda juga berkat dukungan Komisi VI sehingga tahun depan jumlah pesawat dapat meningkat," ungkap Erick. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement