Kamis 10 Nov 2022 05:05 WIB

Kementan Berupaya Dorong Peningkatan Produksi Buah dalam Negeri

Kementan menilai produksi buah nusantara belum mampu penuhi kebutuhan dalam negeri

Pedagang menata buah-buahan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta. Direktur Buah dan Flori Kultura, Direktorat Jenderal Holtikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman, mengatakan buah nusantara merupakan komoditas yang memiliki peluang besar mengisi pasar lokal dan juga ekspor. Namun, saat ini produksi buah nusantara belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Foto: Antara/Reno Esnir
Pedagang menata buah-buahan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta. Direktur Buah dan Flori Kultura, Direktorat Jenderal Holtikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman, mengatakan buah nusantara merupakan komoditas yang memiliki peluang besar mengisi pasar lokal dan juga ekspor. Namun, saat ini produksi buah nusantara belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Buah dan Flori Kultura, Direktorat Jenderal Holtikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman, mengatakan buah nusantara merupakan komoditas yang memiliki peluang besar mengisi pasar lokal dan juga ekspor. Namun, saat ini produksi buah nusantara belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Liferdi mengatakan, produksi buah domestik terus meningkat dari tahun ke tahun. Produki buah saat ini sekitar 26,5juta ton atau mengalami peningkatan 6 hingga 7 persen per tahun. "Produksi meningkat, tapi belum mampu memenuhi kebutuhan buah dalam negeri," kata Liferdi.

Karena itu, pemerintah mendorong peningkatan produksi buah dalam negeri. Apalagi banyak buah Nusantara yang eksotik dan tidak berkembang di luar negeri. Contohnya salak dan manggis yang jadi primadona ekspor.

Liferdi menjelaskan, sejumlah buah Nusantara sudah ada yang menembus pasar ekspor. Selain salak dan manggis yang sudah diekspor, potensi ekspor bisa datang dari mangga yang produksinya 2,8juta ton, durian 1,35 juta ton, pisang 8,7 juta ton dan nanas 2,88 juta ton. Sayangnya, kata Liferdi, ekspor buah selama ini masih kecil. 

"Ekspor hanya 52,4 ribu ton atau 0,19 persen, masih sangat sedikit," ujarnya.

Diakui Liferdi, akibat pandemi Covid-19 ekspor buah sejak 2017 mengalami penurunan. Banyak pelaku usaha terkendala kontainer. "Dari volume turun, tapi dari sisi nilai mengalami peningkatan," ucapnya.

Dari sisi konsumsi, Liferdi mengakui, konsumsi buah masyarakat Indonesia masih rendah. Data BadanPusat Statistik menyebutkan, tingkat konsumsi buah hanya 36,35 kg/ kapita/ tahun. Di bawah standar FAO sebesar 73 kg/ kapita/ tahun. "Idealnya konsumsi sesuai standar FAO," ujarnya.

Tingkat konsumsi buah masyarakat Indonesia, kata Liferdi, baru sebesar 54,09 persen dari batas minimal angka kecukupan gizi Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pisang merupakan buah paling banyak dikonsumsi, yakni rata-rata 24,71 gram/ kapita/ hari, diikuti jeruk (12,57 gram/ kapita/ hari), pepaya (11,71 gram/ kapita/ hari), dan semangka (8,57 gram/ kapita/ hari).

Karena itu, kata dia, pemerintah mendorong peningkatan produksi buah Nusantara. Pemerintah telah merumuskan kebijakan peningakan daya saing melalui peningkatan produksi, produktivitas, meningkatkan akses pasar dan logistik yang didukung pertanian ramah lingkungan. 

"Strategi lewat pengembangan kampung buah dan pengembangan UMKM di kampung buah dan sistem digitalisasi," kata Liferdi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement