REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) terus berperan aktif dalam upaya mitigasi emisi global untuk mengantisipasi perubahan iklim dengan mencanangkan target mencapai net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Power Indonesia (PPI) Fadli Rahman mengatakan komitmen tersebut ditunjukkan dengan memberikan perhatian penuh pada pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui transformasi ekonomi hijau.
Fadli menyampaikan salah satu dukungan penuh akselerasi transisi energi yang dilakukan Pertamina dengan berpartisipasi aktif dalam Business 20 (B20) yang merupakan bagian dari G20. Bahkan, ucap Fadli, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati ditunjuk sebagai Ketua Satuan Tugas Energi, Keberlanjutan & Iklim yang bekerja sama dengan para pemimpin bisnis global untuk menangani kebijakan terkait energi dan perubahan iklim.
"Penunjukan Pertamina untuk memimpin Task Force ESC menjadi bukti BUMN ini memiliki peran penting dalam menyukseskan dekarbonisasi global," ujar Fadli saat Ngobrol Pagi BUMN bertajuk "Peran Strategis BUMN di Perhelatan G20" di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (8/11/2022).
Fadli mengatakan forum komunitas bisnis internasional ini menjadi salah satu wadah entitas bisnis untuk berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan berimbang yang mendukung komitmen untuk mencapai Net Zero Emission dan pengembangan Energi Baru Terbarukan. Menurut Fadli, dunia telah mengalami dua transisi energi di masa lalu, dan di dekade ini merupakan yang ketiga kalinya.
"Di masa transisi saat ini, ada beberapa konsekuensi, di antaranya terjadi penyesuaian kebijakan dan regulasi, terjadinya perubahan signifikan pada infrastruktur, terjadinya peningkatan biaya energi total dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.
Fadli menilai investasi dalam transisi energi dan dekarbonisasi telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Untuk itu, lanjut dia, Pertamina bergerak maju dalam transisi energi sekaligus memungkinkan ketahanan energi untuk Indonesia.
"Pertamina berkomitmen untuk mendukung komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero pada 2060 atau lebih cepat dengan mengembangkan peta jalan dekarbonisasi aset dan pembangunan bisnis hijau," sambung Fadli.
Fadli menyebut beberapa tujuan yang diharapkan bisa dicapai Pertamina. Salah satunya yakni bisnis dekarbonisasi dengan tujuan efisiensi energi, membangun pembangkit listrik hijau, mengurangi reduksi seperti gas methan dan lainnya, elektrifikasi armada dan peralatan statis, penangkapan dan penyimpanan karbon, serta menyediakan bahan bakar rendah karbon untuk kendaraan.
Selain itu, dia sampaikan, Pertamina juga mengembangan bisnis baru di bidang energi baru terbarukan, EV charging and swapping, pengembangan energi biru untuk manufaktur dan transportasi, Nature Based Solution, pengembangan baterai dan biofuels.
"Kami juga telah menerapkan teknologi penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk lapangan migas di Jatibarang," ucap Fadli.
Fadli menambahkan, Pertamina juga merupakan salah satu pemain bidang energi baru terbarukan terbesar di Indonesia. Mulai dari penerapan penggunaan geothermal dalam hal produksi migas, penggunaan panel surya (Solar PV) dan penggunaan biogas.
"Kami juga menggandeng mitra nasional dan global untuk menjajaki kemitraan dalam program dekarbonisasi dan mempercepat pertumbuhan EBT, untuk mencapai Net Zero Emission," ucapnya.
Fadli menegaskan, sebagai perusahaan energi, Pertamina memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi pilar pencapaian net zero emission di Indonesia, dengan prinsip keterjangkauan dan kewajaran.
"Semua pencapaian tersebut dimulai dengan mengembangkan Kebijakan Keberlanjutan menyeluruh yang menetapkan tujuan kami untuk diakui sebagai perusahaan yang ramah lingkungan, bertanggung jawab sosial dan perusahaan yang menjunjung tata kelola perusahaan yang baik," kata Fadli menambahkan.