REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mempelajari data yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tadi pagi. Selanjutnya, kata dia, kementerian membagi semua sektor industri manufaktur ke dalam tiga klaster.
"Klaster pertama, industri yang tumbuh menguat. Contohnya industri alat angkutan dan elektronika, tentu kita bisa lihat dan pelajari kenapa ini tumbuh menguat karena bbrapa kebijkan yang diambil pemerintah," ujar Agus dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (7/11/2022).
Kebijakan tersebut, kata dia, di antaranya relaksasi Ppnbm guna tingkatkan permintaan domestik. Lalu program P3DN untuk membantu menyerap produk dalam negeri.
Klaster kedua, lanjutnya, yaitu industri yang masih tumbuh namun melambat dibandingkan kuartal sebelumnya. "Misalnya industri makanan dan minuman yang masih tumbuh tapi belum sesuai harapan, karena saat Covid-19 industri itu tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi, ini akan kita kembalikan," tuturnya.
Ia menjelaskan, ada beragam faktor yang menyebakan beberapa industri tumbuh melambat. Di antaranya permintaan dari luar negeri yang juga melambat karena kondisi ekonomi global, lalu ketersediaan dan harga bahan baku yang turut dipengaruhi penguatan dolar AS.
Agus menyebutkan, klaster ketiga yaitu kelompok industri yang tumbuh negatif. Contohnya, industri kimia dan farmasi, bahan galian nonlogam, serta furnitur.
"Seperti kami sampaikan, banyak kaitannya dengan pelemahan market. Khususnya Eropa dan tingginya nilai bahan baku," tutur dia.
Dirinya melanjutkan, sebelum BPS merilis data pertumbuhan ekonoki hari ini, Kemenperin sudah membahas secara internal dengan asosiasi, guna menyiapkan beberapa langkah mitigasi tekanan, khususnya risiko global. Langkah pertama yakni pencarian pasar baru ekspor.
"Kami akan buka akses pasar Afrika, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia," ungkap Agus. Langkah mitigasi kedua, lanjut dia, yaitu peningkatan penguasaan pasar dalam negeri lewat kerja sama lintas sektor.
Kemudian peningjatan daya saing industri melalui kemudahan akses bahan baku dan lainnya. "Kita lihat dengan berbagai instrumen. Industri bisa kita relaksasi fiskalnya banyak sekali instrumen yang bisa kita pergunakan," tegas Agus.