Senin 24 Oct 2022 14:30 WIB

Garuda Indonesia Siap Bertransformasi Pulihkan Kinerja

Garuda Indonesia pada 2019 baru berhasil menaikan pendapatannya hingga 5,59 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra. ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk kini semakin optimistis untuk memulihkan kinerja. Terlebih saat ini Garuda Indonesia sudah mendapatkan persetujuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dari para kreditur dan lessor.

"Sudah PKPU, kami optimistis menghadapi situasi di depan," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra kepada Republika.co.id, Senin (24/10/2022).

Baca Juga

Bukan hal yang mudah bagi Garuda untuk terus memperbaiki kinerjanya terlebih saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020. Padahal, Garuda Indonesia pada 2019 baru saja berhasil menaikan pendapatannya hingga 5,59 persen pada 2019 menjadi 4,57 miliar dolar AS.

Laba bersih Garuda Indonesia pada 2019 tercatat mencapai 6,98 juta dolar AS. Garuda Indonesia juga pada 2019 berhasil menyusutkan beban usaha sebesar 4,02 persen menjadi 4,4 miliar dolar AS. Penurunan beban usaha disebabkan efisiensi beban operasional penerbangan, beban pemeliharaan dan perbaikan, serta beban bandara.

Progres positif kinerja Garuda Indonesia itu nyatanya harus dihadapkan dengan tekanan yang disebabkan pandemi Covid-19 pada 2020. Tahun itu menjadi waktu yang sulit bagi Garuda karena pemulihan kinerja bisa terbilang terhenti karena kerugian sepanjang 2020.

Dalam keterbukaan BEI, pada 2020, Garuda Indonesia membukukan kerugian bersih mencapai Rp 2,44 miliar dolar AS. Kerugian tersebut meningkat hingga 61,74 persen dari 2019 yang tercatat sebesar sebesar 38,93 dolar AS.

Pendapatan usaha Garuda sepanjang 2020 hanya 1,49 miliar dolar AS atau turun 67,3 persen dibandingkan 2019. Penurunan pendapatan dikarenakan anjloknya penerbangan yang dilayani garuda Indonesia karena pembatasan perjalanan yang masif saat pandemi Covid-19.

Tak berbeda dengan 2021, kinerja Garuda Indonesia pada 2021 juga masih tertekan. Kondisi pandemi yang juga belum menunjukan pemulihan membuat trafik penumpang dan penerbangan Garuda masih loyo.  

Sepanjang 2021, pendapatan usaha Garuda hanya 1,33 miliar dolar AS. Angka tersebut turun 10,43 persen dibandingkan 2020.

Pada 2020, penerbangan berjadwal yang dilayani Garuda masih menyusut 13,28 persen menjadi 1,04 miliar dolar AS. Lalu segmen penerbangan tidak berjadwal turun 13,99 persen menjadi 88,05 miliar dolar AS dan pendapatan lainnya 207,47 miliar dolar AS pada akhir 2021.

Pada akhirnya, Garuda sepanjang 2021 membukukan rugi usaha 3,96 miliar dolar AS. Angka kerugian tersebut melonjak 79,84 persen dari rugi 2,20 miliar dolar AS pada 2020.

Meskipun begitu, tahun ini tampaknya akan menjadi peluang bagi Garuda memperbaiki kinerjanya. Irfan mengungkapkan, outlook kinerja usaha Garuda Indonesia diproyeksikan akan tumbuh positif.

Hingga semester I 2022, garuda Indonesia mencatatkan laba bersih sebesar 3,76 miliar dolar AS. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, Garuda mengalami rugi bersih mencapai 898,65 juta dolar AS.

Garuda Indonesia juga meraih pendapatan usaha sebanyak 878,70 juta dolar AS pada semester I 2022. Angka tersebut meningkat 26,11 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021 sebesar 696,80 miliar dolar AS.

PKPU yang berhasil didapatkan Garuda Indonesia tahun ini juga berdampak positif. Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan dari restrukturisasi utang sebesar 2,85 miliar dolar AS.

Garuda Indonesia juga semakin percaya diri terhadap permintaan penumpang pada kuartal IV 2022. "Saat ini menunjukan proyeksi pertumbuhan menjanjikan di mana dari total ketersediaan kursi pada keseluruhan periode akhir tahun yaitu sedikitnya 2,7 juta kursi untuk periode Oktober sampai dengan Desember," jelas Irfan.

Irfan mengungkapkan, tingkat permintaan penumpang jelang kuartal IV 2022 berkisar di angka 84 persen. Irfan yakin, angka tersebut akan bergerak dinamis sejalan dengan program restorasi armada yang sedang berlangsung serta demand pasar pada periode peak season natal dan tahun baru mendatang.

"“Dengan prospek kinerja usaha yang kami yakini akan terus bertumbuh positif. Kami optimistis Garuda dapat terus berakselerasi dalam memanfaatkan momentum pemulihan kinerja menjadi perusahaan penerbangan dengan basis profitabilitas kinerja usaha yang lebih solid lagi," tutur Irfan.

Irfan menegaskan Garuda akan fokus mengembangkan pangsa pasar domestik. Selain itu juga peluang jaringan penerbangan kargo internasional dan lini pendapatan ancillary.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement