Rabu 19 Oct 2022 22:43 WIB

Kemenparekraf Dorong Peran Pelaku Sektor Pariwisata sebagai Lokomotif Perekonomian

Salah satu upaya menggali potensi desa wisata melalui nilai tambah

Rep: ronggo astungkoro/ Red: Hiru Muhammad
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyelenggarakan program Pelatihan Sadar Wisata 5.0 bagi para pelaku wisata di wilayah Wakatobi, Sulawesi Tenggara
Foto: istimewa
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyelenggarakan program Pelatihan Sadar Wisata 5.0 bagi para pelaku wisata di wilayah Wakatobi, Sulawesi Tenggara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyelenggarakan program Pelatihan Sadar Wisata 5.0 bagi para pelaku wisata di wilayah Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Pada kesempatan itu, Kemenparekraf memaparkan bagaimana pelaku sektor pariwisata dapat berperan menjadi lokomotif perekonomian masyarakat, terutama di desa wisata.

“Desa wisata diharapkan mampu mengurangi urbanisasi masyarakat karena banyak aktifitas ekonomi yang dapat diciptakan di desa,” ujar Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Martini Mohamad Paham, dalam siaran pers, Rabu (19/10/2022).

Baca Juga

Salah satu upaya menggali potensi desa wisata agar dapat dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan memberi nilai tambah pada potensi tersebut. Nilai tambah itu, tutur Martini, yakni mengembangkan potensi wisata agar tidak hanya dapat dilihat.

"Melainkan juga menjadi sesuatu yang dapat dilakukan (to do), dipelajari (to learn), atau dibeli (to buy), sehingga pengembangan pariwisata menjadi penggerak perekonomian desa dan menekan angka urbanisasi," jelas dia.

Menparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno, menjelaskan, lewat Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB), pihaknya mengambil peran aktif dalam mendukung peningkatan dan penyiapan SDM andal dan profesional di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, salah satunya melalui penyelengaraan Pelatihan Sadar Wisata 5.0.

“Saya ingin melalui pelatihan ini, desa wisata dapat terus berbenah diri dalam meningkatkan keterampilan dan kapasitasnya sehingga menjadi desa wisata mandiri, memiliki daya saing, dan menjadi lokomotif kebangkitan perekonomian di sektor parekraf,” tutur Sandiaga.

Sementara itu, saat membuka Pelatihan Pengembangan Inovasi Produk dan Kapasitas Parekraf di Wakatobi, Glory Hastanto, mewakili Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf, juga menekankan keberhasilan pemberdayaan potensi desa wisata akan menarik wisatawan datang dan mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa. 

“Desa wisata dengan daya tarik kuat, maka wisatawan yang akan datang ke desa kita, membawa income untuk kita,” ujar dia.

Dia menerangkan, konsep desa wisata adalah mengintegrasikan semua sumber daya yang ada di desa. Sumber daya yang dapat dikembangkan dengan basis pariwisata sehingga semua potensi yang ada bisa memiliki kekuatan pasar masing-masing. Untuk itu, Glory mengajak generasi muda pelaku pariwisata Wakatobi semangat bergerak dan melakukan perubahan positif di wilayah masing-masing. 

Kepala Dinas Pariwisata Wakatobi, Nadar, turut menyampaikan ajakan serupa. Dia berharap para peserta pelatihan dapat membangun pariwisata di desa wisata, sehingga kelak akan menjadi sumber pembelajaran bagi desa-desa lain.

Nadar menekankan soal pentingnya menjaga pengembangan pariwisata agar tetap berada dalam koridor pariwisata hijau berkelanjutan. Di mana terdapat harmonisasi antara aspek ekonomi, sosial budaya, serta lingkungan.

“Kita harus menjaga keseimbangan, antara bagaimana Wakatobi menjaga keseimbangan antara ekonomi, tetapi juga secara bersamaan harus memiliki juga dampak sosial budaya positif dan meminimalisir dampak negatif pada lingkungan atau ekologi,” kata dia.

Secara keseluruhan, Pelatihan Sadar Wisata ditujukan kepada perwakilan masyarakat di 65 desa wisata pada tahun 2022, dengan target lokasi di Enam Destinasi Pariwisata Prioritas yakni Danau Toba, Borobudur-Yogyakarta-Prambanan, Lombok, Labuan Bajo, Bromo-Tengger-Semeru, dan Wakatobi.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement