REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, atau Mining Industry Indonesia, yang beranggotakan di antaranya PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero) dan PT Timah Tbk mewujudkan Net Zero Emission (NZE) melalui pendekatan ekonomi sirkular (Circular Economy).
Pendekatan ini mendorong perusahaan untuk mengoptimalkan produksi dan mengurangi risiko bahaya, meminimalkan dampak lingkungan dan sosial, dan mengeksplorasi lebih banyak nilai tambah di seluruh rantai nilai.
Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, mengatakan MIND ID menetapkan target penurunan emisi sebesar satu persen pada tahun 2022. Komitmen ini merupakan representasi upaya perusahaan menurunkan emisi dari sektor energi dan Industrial Process and Product Uses (IPPU) sebesar 15.8 persen pada 2030 dan mendukung aspirasi net zero Pemerintah Indonesia Tahun 2060.
“Konsep pendekatan sirkular ekonomi Grup MIND ID diterjemahkan menjadi tiga pilar dekarbonisasi yakni avoid, reduce, dan mitigate,” ujar Hendi di Bali, Rabu (19/10/2022).
Pilar Avoid menegaskan komitmen Grup MIND ID untuk menyediakan, berinvestasi, dan meningkatkan solusi energi rendah karbon di seluruh rantai nilai. Pilar Reduce menegaskan perusahaan untuk membatasi emisi sebanyak mungkin, dan Mitigate menegaskan Grup MIND ID akan melakukan capturing dan offsetting emisi.
Ekonomi sirkular memiliki prinsip penggunaan sumber daya dan bahan baku serta produk akhir yang dapat dipakai selama mungkin, menghasilkan produk samping yang minimal, dapat digunakan kembali dan daur ulang.
Untuk itu Grup MIND ID terus melakukan efisiensi energi, berupaya menggunakan bahan bakar rendah karbon (biofuel, hidrogen) mengubah energi primer dari bahan bakar fosil untuk kegiatan operasional, Carbon Capture/Absorb, mengembangkan teknologi yang dapat meningkatkan capture emisi karbondioksida dari operasional, berfokus pada daya rendah karbon pada pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan.
"Pendekatan ekonomi sirkular pada upaya penurunan emisi hingga zero carbon diterapkan pada setiap rantai nilai mulai dari proses eksplorasi, pertambangan, pengolahan, bahan baku, desain produk, produksi, hingga proses daur ulang," ujar Hendi.