Rabu 19 Oct 2022 09:14 WIB

Neraca Perdagangan RI Surplus, Pemerintah Tetap Mewaspadai Risiko Global

Indonesia akan terus melakukan diversifikasi produk maupun negara mitra dagang.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan Pemerintah mewaspadai risiko global meski neraca perdagangan mencatatkan surplus pada September 2022 sebesar 4,99 miliar dolar AS.
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan Pemerintah mewaspadai risiko global meski neraca perdagangan mencatatkan surplus pada September 2022 sebesar 4,99 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mewaspadai risiko global meski neraca perdagangan mencatatkan surplus pada September 2022 sebesar 4,99 miliar dolar AS. Adapun secara kumulatif sejak Januari 2022 sebesar 39,87 miliar dolar AS. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan pemerintah bersama otoritas terkait akan mengantisipasi berbagai risiko global yang akan memengaruhi neraca perdagangan dan perekonomian secara umum.

Baca Juga

“Risiko yang dimaksud di antaranya melambatnya aktivitas perdagangan internasional negara maju yang salah satunya terpengaruh inflasi, sebagaimana tercermin dalam World Economic Outlook (WEO) Oktober 2022, serta mitra dagang utama seperti China,” ujarnya dalam keterangan tulis, Rabu (19/10/2022). 

Selain itu, lanjut dia, Indonesia akan terus melakukan diversifikasi produk maupun negara mitra dagang yang sekarang sudah mulai memperlihatkan hasil. Ekspansi ekspor selain ke negara tujuan ekspor utama, misalnya Filipina dan Malaysia sudah menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun berjalan.

Ekspor Indonesia kembali menorehkan kinerja positif pada September 2022 sebesar 24,8 miliar dolar AS atau tumbuh 20,28 persen secara tahunan. Peningkatan ekspor Indonesia didorong oleh ekspor migas dan non-migas tumbuh masing-masing 41,8 persen dan 19,26 persen.

Meskipun secara bulanan sedikit melambat di antaranya karena penurunan harga dan volume komoditas unggulan, total ekspor tetap meningkat secara kumulatif. Hal ini dapat dilihat dari ekspor Januari sampai September 2022 sebesar 219,35 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 55 miliar dolar AS dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

“Peningkatan kumulatif ekspor menunjukkan masih kuatnya permintaan global seiring dengan pengendalian pandemi yang semakin baik. Penguatan permintaan ekspor terutama berasal dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti India, Jepang dan Korea Selatan,” ucapnya.

Sementara itu, Febrio menuturkan impor Indonesia juga masih mencatatkan kinerja positif sebesar 19,81 miliar dolar AS dengan pertumbuhan 22,01 persen meskipun relatif melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Tumbuhnya impor antara lain didukung oleh kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia September 2022 yang terus melanjutkan ekspansi.

Peningkatan impor didorong oleh impor migas sebesar 83,53 persen dan impor non-migas tumbuh 14,02 persen,  sehingga sejak Januari sampai September 2022 total impor Indonesia sebesar 179,49 miliar dolar AS. Dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal tumbuh tinggi masing-masing 23,21 persen dan 41,13 persen.

“Pertumbuhan kedua barang tersebut mencerminkan aktivitas ekonomi dari sisi produksi masih berjalan dengan baik,“ ucapnya.

Terkait dengan impor barang konsumsi, kata dia, meskipun menurun secara tahunan sebesar 11,17 persen di antaranya karena kenaikan harga, secara kumulatif dari Januari sampai September 2022 impor barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan sebesar 3,52 persen.

“Penguatan aktivitas konsumsi masyarakat akan terus dijaga melalui instrumen APBN dengan menjaga daya beli masyarakat melalui kebijakan stabilisasi harga, perlindungan sosial, dan lainnya,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement