REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan energi listrik akan semakin meningkat seiring bertambahnya kebutuhan masyarakat dan industri. selaras dengan itu, perekayasa ahli utama yang juga Ketua Kelompok Riset Green Fuel BRIN, Unggul Priyanto, mengatakan pembangkit listrik juga harus menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan dengan kelangsungan pasokan yang aman dan tersedia di dalam negeri.
"Permasalahannya dengan penggunaan energi listrik yang akan meningkat pesat maka diperlukan pasokan sumber energi untuk pembangkit listrik yang sangat besar yang hanya bisa dipenuhi oleh berbagai macam sumber energi yang ada," ujar Unggul saat berbicara di Webinar Series 'Greenfuel Mendukung Ketahanan Energi dalam Masa Transisi Menuju Net Zero Emission' yang digelar virtual, Rabu (12/10).
Sementara mengenai penggunaan bahan bakar migas, Unggul melihat, tidak lepas dari penggunaan bahan bakar LPG di sektor rumah tangga setelah konversi minyak tanah ke LPG yang sukses sejak 2012. Konsumsi LPG di rumah tangga meningkat pesat.
Akibatnya produksi LPG yang selama ini dipasok dari kilang minyak dan tambang gas alam tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan perlu diimpor. "Volume impornya semakin meningkat dan saat ini sudah mencapai dua pertiga dari kebutuhan total," ungkap Unggul.
Adapun subsidi yang diberikan pemerintah juga semakin besar sejalan kenaikan harga minyak bumi di pasar international. Menurut Unggul, penggunaan energi listrik untuk memasak di rumah tangga bisa menjadi alternatif mengurangi konsumsi LPG. Selain harganya lebih murah, juga mengurangi impor dan subsidi lebih mudah dikontrol sehingga lebih tepat sasaran.
Hanya saja, sama seperti ketika konversi minyak tanah ke LPG, diperlulan sosialisasi dan penjelasan yang masif ke masyarakat, pimpinan politik, dan lembaga tinggi negara sehingga ada pemahaman yang baik. "Bahwa konversi LPG ke listrik menguntungkan baik untuk masyarakat maupun negara," ujar Unggul.
Kepala Pusat Riset Industri Proses dan Manufaktur BRIN Hens Saputra menyatakan subtitusi sumber energi fosil harus memperhatikan sumber energi yang ramah lingkungan dan tersedia di dalam negeri. Penggunaan bahan bakar fosil yang besar selama ini untuk BBM dan LPG di sektor transportasi dan rumah tangga.
Sedangkan penggunaan terbesar batu bara ada di sektor kelistrikan. "Solusi diversifikasi sumber energi untuk transportasi dan rumah tangga yang paling memungkinkan, bertumpu pada kelistrikan dan green fuel," ucap Hens.