Ahad 25 Sep 2022 18:45 WIB

Mendag Ungkap Penyebab Mahalnya Harga Beras

Mendag mengusulkan anggaran Rp 100 triliun per tahun untuk membeli produk petani.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang beras dengan bermacam harga.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pedagang beras dengan bermacam harga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyatakan, saat ini harga beras sedikit naik. Ia menjelaskan, kenaikan itu terjadi karena harga gabahnya pun naik dari Rp 4.400 menjadi Rp 5.500.

Menurutnya, kenaikan harga beras tersebut dikarenakan perusahaan turut membeli gabah petani. "Rebutan beli gabah, ini mesti ditata. Harusnya negara yang membeli dengan harga mahal lalu menjual dengan harga murah," ujar Zulkifli dalam acara Kinerja 100 Hari Kementerian Perdagangan di Jakarta, Ahad (25/9/2022).

Baca Juga

Ia melanjutkan, selama ini petani tidak hanya memproduksi, tapi juga mencari pembeli hasil produksi tersebut. Padahal menurutnya, petani tidak harus dibebani tugas itu dan fokus pada produksi.

Maka, Mendag mengusulkan agar pemerintah melalui BUMN dan Bulog dapat membeli produksi petani, dengan anggaran sebesar Rp 100 triliun per tahun. Ia mengaku, presiden sudah menyetujui usulan itu.

Hanya saja, kata dia, perlu didiskusikan dahulu dengan berbagai pemangku kepentingan. "Memang presiden sudah perintahkan BUMN harus beli hasil-hasil petani, perintahnya sudah. Makanya akan kita kejar dengan Badan Pangan, BUMN, Kementan, bila perlu saya yang datangi tidak apa-apa, walau saya ini menteri perdagangan, tapi untuk kebaikan," tutur Zulkifli.

Ia menegaskan, terkait urusan beras dirinya akan mengupayakan segera menstabilkan harganya, karena tingginya harga beras bisa menyumbang inflasi sebesar 3,3 persen. Sementara, saat ini cadangan beras Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) saat ini sekitar 800 ribu ton sampai akhir tahun. 

Lebih lanjut Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyampaikan, kenaikan harga beras yang terjadi beberapa hari terakhir tidak perlu membuat khawatir masyarakat. Sekjen Kemendag Suhanto menyatakan, pemerintah telah mengantisipasi kenaikan harga dengan memberikan subsidi selisih harga jual beras sebesar Rp 1.000 per kilogram (kg).

“Terkait tadi antisipasi kenaikan harga beras, seolah-olah akan naik terus. Maka perlu kami sampaikan di sini biar masyarakat tenang, pemerintah itu punya namanya cadangan stabilisasi harga dan pasokan (CSHP), apabila harga beras lebih tinggi dari HET (harga eceran tertinggi), Bulog akan turun tangan dan sisanya akan dibayar pemerintah," jelasnya pada kesempatan serupa.

Suhanto menuturkan, kenaikan harga beras memang terjadi, tapi relatif kecil yaitu hanya 0,9 persen dibanding kenaikan harga pada tahun lalu. “Jadi nggak usah khawatir, harga pasti terkendali dan Bulog mulai besok Pak Menteri bersama-sama mulai intervensi, karena ada kenaikan sedikit,” tutur dia.

Tidak hanya beras, dirinya menyatakan pemerintah juga akan menyubsidi harga kedelai dan jagung jika kedua komoditas tersebut harganya naik di atas HET. "Ada anggaran (subsidinya), kedelai itu Rp 1.000 per kg, jagung Rp 1.000 sampai Rp1.500 per kg. Misalnya harga beras dari Bulog sekian, lebih, bisa dibantu subsidi, nggak usah khawatir sebetulnya, karena dibiayai pemerintah. Masyarakat tidak akan membayar lebih mahal,” tegas Suhanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement