REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian ESDM memproyeksikan kebutuhan investasi untuk mendukung pencapaian net zero emission (NZE) pada 2060 mencapai 1.108 miliar dolar AS khusus untuk penambahan pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).
Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Andriah Feby Misna merinci angka tersebut terdiri atas pembangunan pembangkit senilai 944,6 miliar dolar AS, dan pembangunan transmisi sebesar 113,4 miliar dolar AS.
"Kebutuhan investasi untuk tahun 2060 itu untuk pembangkitan saja di angka 944,6 miliar dolar AS, transmisi 113,4 miliar dolar AS. Totalnya 1.108 miliar dolar AS hingga 2060 nanti atau rata-rata 28,5 miliar dolar AS per tahun kebutuhan investasi untuk bisa mendukung upaya penambahan EBT," katanya di Jakarta, Rabu (21/9/2022).
Feby menjelaskan pemerintah terus mendorong percepatan peningkatan kontribusi EBT dalam bauran energi yang ditargetkan mencapai 23 persen pada 2025. Salah satunya melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) di mana sebanyak 51,6 persen tambahan kapasitas hingga 2030 akan berasal dari EBT."Kurang lebih ada 20,9 GW pembangunan EBTpada 2030 nanti," katanya.
Menurut Feby, dorongan tersebut juga sejalan dengan target pemerintah terhadap pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) untuk menurunkan emisi hingga 29 persen pada 2030 mendatang. Target tersebut merupakan bagian dari ambisi Indonesia untuk bisa mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang.
"Tentunya kita membutuhkan investasi yang cukup besar untuk bisa men-support program-program NZE," katanya.
Pada 2060 nanti, pemerintah menargetkan ada 708 GW pembangkit EBT, di mana 96 persennya berasal dari energi terbarukan dan sisa 4 persennya berasal dari energi baru. "Energi terbarukan kita akan kembangkan semua yang kita miliki baik itu energi surya, angin, hydro, bioenergy, laut, panas bumi, juga kita dorong hidrogen dan baterai. Energi baru itu seperti nuklir, ini juga akan coba untuk bisa support upaya kita menuju NZE," kata Feby.