REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana aksi korporasi yang melibatkan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dengan Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk terus dijajaki. Asisten Deputi Bidang Jasa Keuangan Kementerian BUMN, Muhammad Khoerur Roziqin menyampaikan, saat ini semua opsi aksi korporasi masih dalam pertimbangan.
"Saat ini sedang due diligence, untuk BSI melihat kualitas dan prospek UUS, karena ini kan business to business (B2B) harus dilihat secara kebijakan bisnis juga," katanya pada Republika, beberapa waktu lalu.
Aksi korporasi kedua pihak telah mengemuka sejak merger tiga bank syariah anak usaha bank BUMN. Kementerian BUMN menyampaikan, BTN Syariah dapat memperkuat posisi dan meningkatkan kapasitas pasar bank syariah BUMN.
Per Maret 2022, BTN Syariah memiliki aset Rp 37,35 triliun, naik 11,08 persen (yoy). Total portofolio pembiayaan BTN Syariah mencapai Rp 28,24 triliun atau tumbuh 10,87 persen secara tahunan.
Segala opsi aksi korporasi mulai dipertimbangkan melibatkan berbagai pihak, mulai dari kedua pihak utama BSI dan BTN, serta Kementerian BUMN. Khoerur mengatakan belum ada opsi yang diputuskan.
"Sekarang belum diputuskan, keputusannya nanti pasca due diligence ini, masih awal sekali," katanya.
Menurutnya, BSI melihat kualitas, prospek bisnis, dan kecocokan UUS BTN. Menurut sejumlah analisis, aksi korporasi yang sempat mencuat adalah merger BSI dengan UUS BTN, pembelian aset UUS BTN, menjadikan UUS BTN sebagai anak usaha, hingga konversi BTN menjadi bank syariah untuk kemudian dijadikan anak usaha BSI.
Sempat mengemuka juga isu bahwa right issue BSI akan digunakan untuk mengakuisisi UUS BTN. Secara terpisah, Direktur Keuangan dan Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho sebelumnya menuturkan rights issue diharapkan mampu meningkatkan ekuitas perseroan.
Agar rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dapat mencapai di atas 20 persen hingga akhir 2025. Saat ini, CAR BSI berada di kisaran 17 persen.
"Ini sesuai dengan average CAR Top 10 National Bank dan menjaga level of comfort market," katanya.
Cahyo mengatakan suntikan modal ini nantinya akan mendukung ekspansi pertumbuhan BSI, baik secara organik maupun anorganik. Hingga 2025, BSI memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) berada di atas 15 persen.