REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Investasi untuk pembangunan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) mulai mengalami penurunan sejak tahun 2020. Direktur Jenderal Internasional Renewable Energy Agency (IRENA), La Camera menjelaskan penurunan nilai investasi energi baru terbarukan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang cukup signifikan.
La Camera mencontohkan misalnya pada investasi Solar PV, penurunannya sejak 2020 ke 2022 ni mencapai 13 persen. Sedangkan untuk pembangkit angin juga mengalami penurunan yang signifikan. Misalkan, di lepas pantai bisa turun 30 persen dan di onshore turun 15 persen.
"Tiga tahun berturut turut angka penurunan cost nya turun 2 digit bahkan. Ini membuktikan pengembangan EBT semakin kompetitif," ujar La Camera di Nusa Dua, Kamis (1/9/2022).
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan melihat potensi tersebut, maka pengembangan teknologi kedepan harus lebih masif. Di Indonesia, kata Arifin tantangannya adalah negara kepulauan yang dimana pemasangan pembangkit erat kaitannya dengan infratruktur transmisi.
"Sehingga ini juga menjadi tantangan yang perlu di jawab. Tetapi dengan berkembangnya teknologi kami yakin ini akan semakin terjangkau," ujar Arifin.
Arifin juga memastikan bahwa Indonesia hingga saat ini masih memiliki potensi Renewable Energy yang besar. Potensi baik panas bumi, air, arus laut, solar bahkan angin juga masih sangat potensial untuk dikembangkan.
"Kami membuka kerjasama dan mengajak semua pihak meningkatkan teknologi energi bersih yang bisa dikembangkan bersama," ujar Arifin.