Kamis 01 Sep 2022 05:10 WIB

Kerugian Indonesia Akibat Perubahan Iklim Bisa Capai 40 Persen PDB di 2050

Saat ini kerugian ekonomi Indonesia akibat perubahan iklim capai Rp 100 T/tahun

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Ratusan hektar padi siap panen rusak terendam banjir yang menggenangi rumah warga dan area persawahan. Saat ini kerugian ekonomi Indonesia akibat perubahan iklim capai Rp 100 T/tahun. Ilustrasi.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
Ratusan hektar padi siap panen rusak terendam banjir yang menggenangi rumah warga dan area persawahan. Saat ini kerugian ekonomi Indonesia akibat perubahan iklim capai Rp 100 T/tahun. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Asisten Direktur Departemen Makropudensial Bank Indonesia Heru Rahadyan mengatakan kerugian Indonesia yang diakibatkan oleh perubahan iklim dapat mencapai 40 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2050. Ia menyebut kerugian ini dapat memengaruhi berbagai sektor ekonomi mulai dari masyarakat ekonomi atas hingga ekonomi menengah ke bawah, mulai dari perusahaan besar hingga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

"Kalau pendapatan kita hilang 40 persen, itu kan efeknya banyak sekali. Ada yang jatuh miskin, perusahaan bangkrut," ujar Heru dalam diskusi bertajuk Keuangan Berkelanjutan 101 oleh Bank Indonesia dan WWF Indonesia yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (31/8/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan kerugian sebesar 40 persen dari PDB pada 2050 nanti jauh lebih besar dibandingkan dengan rata-rata global yang sebesar 18 persen. Menurut dia, hal ini dikarenakan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan negara agraris.

"Kita lebih tinggi karena geografis Indonesia sangat rentan. Kita lokasinya banyak gunung berapi yang berada di ring of fire, lalu, penduduk yang tinggal di pesisir pantai banyak, ada jutaan," ujar Heru.

Sebagai negara kepulauan, ia menjelaskan perubahan iklim akan sangat memengaruhi distribusi logistik ke seluruh wilayah karena mobilitas angkutan laut maupun udara sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Sedangkan sebagai negara agraris, perubahan iklim akan sangat memengaruhi produktivitas sektor pertanian dan perikanan yang proses produksinya sangat dipengaruhi kondisi cuaca.

"Kita banyak nelayan, kalau gelombang tinggi atau badai, banyak yang tidak bisa melaut. Kemudian, kita agraris, pertanian dan perkebunan kalau kekeringan susah panen, kalau hujan juga susah panen," ujar Heru.

Menurut dia, perubahan iklim akan berdampak besar terhadap logistik dan rantai pasok Indonesia hingga nantinya akan berdampak ke perekonomian, perbankan, dan sistem keuangan. Ia mengatakan saat ini kerugian ekonomi Indonesia yang diakibatkan perubahan iklim sudah mencapai kisaran Rp 100 triliun per tahun. Heru mengatakan angka ini akan terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement