REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan mulai mengembangkan kedelai rekayasa genetika atau Genetically modified organism (GMO) yang sebelumnya dilarang di Indonesia. Kementan bahkan terbuka untuk melakukan impor benih kedelai GMO agar dikembangkan di Indonesia.
"Sekarang kita boleh dan akan lakukan kedelai GMO. Itu boleh dilakukan yang selama ini kita punya kendala," kata Sekretaris Jenderal Kementan, Kasdi Subagyono, dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR, Rabu (31/8/2022).
Kasdi mengatakan, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo bahkan telah memberikan arahan agar dapat mengimpor benih kedelai GMO untuk kebutuhan pengembangan dalam negeri. Opsi itu bisa dilakukan sembari Kementan bersama petani mengembangkan benih kedelai aslo lokal.
Lebih lanjut, Kasdi mengatakan, larangan pengembangan GMO di Indonesia selama ini tidak adil. Pasalnya, impor kedelai yang masuk ke Indonesia nyatanya merupakan produk GMO dan tetap aman dikonsumsi masyarakat.
"Semua sudah paham, kok GMO dilarang padahal tiap tahun kita impor kedelai GMO dan kita makan dan tidak mutasi, itulah kira-kira pendekatan barunya," ujar dia.
Tahun ini, Kementan menargetkan produksi kedelai yang didanai langsung oleh anggaran Kementan sebesar 500 ribu ton. Tahun depan, Kementan menargetkan produksi kedelai sekitar 590 ribu ton dengan anggaran sekitar Rp 450 miliar.
Berdasarkan catatan Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), kebutuhan nasional kedelai untuk tahu dan tempe sebanyak 3 juta ton per tahun. Sebanyak 1 juta ton untuk tahu dan 2 juta ton untuk tempe.
Adapun sejauh ini, kedelai lokal baru memenuhi sekitar 10 persen dari total kebutuhan kedelai untuk tahu dan tempe.