Selasa 23 Aug 2022 17:22 WIB

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, IHSG Bertahan di Zona Hijau Hingga Akhir Perdagangan

Saham MEDC menduduki puncak top gainers dengan menguat 19,50 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan berjalan di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). IHSG mampu bertahan di zona hijau sepanjang perdagangan Selasa (23/8/2022). IHSG ditutup menguat signifikan sebesar 0,78 persen ke level 7.163,26.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Karyawan berjalan di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). IHSG mampu bertahan di zona hijau sepanjang perdagangan Selasa (23/8/2022). IHSG ditutup menguat signifikan sebesar 0,78 persen ke level 7.163,26.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau sepanjang perdagangan Selasa (23/8/2022). IHSG ditutup menguat signifikan sebesar 0,78 persen ke level 7.163,26. 

Mayoritas sektor mengalami kenaikan dengan sektor energi memimpin sebesar 3,3 persen. Saham MEDC menduduki puncak top gainers dengan menguat 19,50 persen. PGAS, ADRO dan ELSA menyusul dengan kenaikan 6 persen. 

Baca Juga

Pergerakan IHSG juga mendapat pengaruh dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia terkait suku bunga. BI menaikkan suku bunga acuan BI7DRRR sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen. 

"Ini adalah kenaikan pertama sejak 2018 sebagai uapaya menjinakkan inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (23/8/2022). 

Sementara itu, indeks saham di Asia sore ini ditutup turun di tengah spekulasi bank sentral AS Federal Reserve akan mempertahankan laju kenaikan suku bunga acuan meskipun data di awal bulan ini memperlihatkan laju inflasi AS yang mulai sedikit melambat.

Mayoritas investor saat ini memperhitungkan (price in) kenaikan suku bunga sebesar 75 bps oleh Federal Reserve didorong oleh kondisi pasar tenaga kerja yang solid serta komentar tegas (hawkish) dari sejumlah pejabat Federal Reserve.

Di Jepang, aktivitas sektor manufaktur tumbuh melambat di bulan Agustus ke level terendah dalam 19 bulan seiring dengan semakin dalamnya penurunan pada produksi dan pesanan baru (new orders) di tengah tekanan lonjakan harga bahan mentah dan biaya energi serta pelemahan permintaan global.

Sementara itu, aktivitas di sektor Jasa (Services) mengalami kontraksi untuk pertama kali dalam lima bulan sehingga memicu kekhawatiran mengenai kondisi kesehatan permintaan domestik Jepang. Dari Asia Tenggara, Inflasi atau Indeks Harga Konsumen (Consumer price Index) Singapura mencapai 7 persen YoY di bulan Juli, tertinggi dalam 14 tahun, lebih cepat dari laju kenbaikan 6,7 persen YoY di bulan Juni. Inflasi inti naik 4,8 persen YoY di bulan Juli setelah meningkat 4,4 persen YoY di bulan sebelumnya.

Bank sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS) memproyeksikan inflasi inti tetap tinggi dalam beberapa bulan ke depan sebelum akhirnya tumbuh melambat di akhir tahun ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement