REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan Agustus diproyeksikan menguat terbatas. Research Analyst BNI Sekuritas Maxi Liesyaputra mengatakan, pergerakan IHSG pada Agustus ini akan dipengaruhi sejumlah sentimen.
Dari global, bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) dikabarkan akan menaikkan suku bunga lagi setelah sebelumnya menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Adapun level suku bunga yang dinaikkan akan lebih rendah.
“Kami melihat potensi kenaikan suku bunga yang lebih rendah ini tidak terlalu mempengaruhi pasar saham, hal ini tercermin dari suku bunga yang telah dinaikkan sebesar 75 basis poin dan pergerakan semua bursa saham justru mengalami kenaikan. Investor dan pelaku pasar sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi sentimen ini,” jelas Maxi dalam risetny, Rabu (3/8/2022).
Peningkatan suku bunga The Fed dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan inflasi, dimana inflasi global saat ini dalam posisi tinggi. Sementara inflasi Indonesia posisi terakhir berada di 4,94 persen pada Juli 2022. Angka ini lebih tinggi dari target awal Bank Indonesia (BI) yang berada di posisi 3 - 4 persen.
BNI Sekuritas memperkirakan inflasi Indonesia berada di 4,1 - 4,7 persen sampai akhir tahun. Perkiraan ini masih mungkin dicapai seiring mulai menurunnya harga komoditas pangan dan energi di pasar global.
Dari dalam negeri, menurut Maxi, investor saat ini tengah menunggu pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022. Sebagaimana diketahui, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,3 persen pada 2022 dan 5,2 persen pada 2023, dibandingkan dengan tahun 2021 yang berada di posisi 3,7 persen.
Untuk data pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 yang akan dirilis 5 Agustus, Maxi melihat masih mencatat pertumbuhan yang relatif bagus. Hal ini sejalan dengan pandemi Covid-19 yang tetap terkendali sepanjang kuartal II 2022 sehingga kegiatan usaha dan aktivitas masyarakat diluar rumah meningkat signifikan.
Selain itu harga komoditasyang tetap menarik di pasar global, membuat ekspor Indonesia tetap tumbuh bagus dan memberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal yang lalu.
Namun untuk kuartal III 2022 sampai akhir tahun, Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan kondisinya cukup berisiko. "Perkiraan ini didasarkan pada tingginya tekanan inflasi global, khususnya di negara-negara maju, yang direspon oleh bank sentral-nya dengan menaikkan suku bunga secara agresif dan pengetatanlikuiditas," kata Damhuri.
Di sisi lain sumber inflasi itu sendiri sebagian berasal dari cost-push factors yang berada diluar kendali bank sentral. Misalnya gangguan rantai pasok akibat pandemi covid-19 yang kondisinya semakin memburuk dengan adanya perang Rusia – Ukraina serta sikap proteksionis beberapa negara yang mengurangi ekspor pangan dan energi untuk mengamankan pasokan dalam negerinya.
Kondisi ini menunjukkan kenaikan suku bunga tersebut belum tentu mampu menurunkan laju inflasi secara signifikan. Sebaliknya kenaikan suku bunga yang agresif tersebut berpotensi membawa ekonomi dunia jatuh ke jurang resesi.
Secara teknikal, Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas, Andri Zakarias Siregar mengatakan, IHSG diperkirakan bergerak netral selama di bawah 6.932 untuk jangka pendek. Hal ini tercermin dari Fibonacci indeks yang berada di 50 persen dari level indeks 7.355 – 6.509.
"Berdasarkan analisis ini, indeks berpeluang menguat terbatas di bulan Agustus," kata Andri.
Dengan berbagai sentimen ini, beberapa saham blue chip layak untuk dicermati. Investor dapat mencermati saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan target harga (target price/TP) Rp 4.540 – 4.630, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan TP Rp 7.750/Rp 7.900, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan TP Rp 4.560/Rp 4.650, PT Astra International Tbk (ASII) dengan TP Rp 6.500/6.700 dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan TP Rp 3.700.
Saham lainnya yang dapat dicermati adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan TP Rp 4.520/Rp 4.630, PT Medco Energi International Tbk (MEDC) dengan TP Rp 680/Rp 720, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan TP Rp 2.150/Rp 2.330, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan TP Rp 5.350/Rp 5.450, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan TP Rp 1.800/Rp 1.860, dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan TP Rp 350/Rp 370.