Sabtu 30 Jul 2022 00:32 WIB

DPR: Pengelolaan Aset BTN Syariah oleh BSI akan Lebih Baik dari BTN

Anggota DPR Nusron Wahid sebut BSI lebih sehat dan good governance dari BTN

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi (kanan) memberikan salam kepada nasabah saat meresmikan Outlet BSI Prioritas di Jakarta. Pengelolaan aset Unit Usaha Syariah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (UUS BTN) dinilai akan lebih baik jika diakuisisi oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Wakil Ketua PBNU yang juga Anggota Komisi VI DPR, Nusron Wahid mengatakan konsolidasi melalui proses akuisisi itu juga dinilai akan meningkatkan fokus bisnis setiap bank pelat merah.
Foto:

Menteri BUMN Erick Thohir menugaskan BRI menggarap pasar UMKM, Bank Mandiri menyasar korporasi, BNI menjadi bank internasional, dan BTN memperkuat fokus di bidang perumahan untuk mengurangi angka backlog dan membantu masyarakat memiliki rumah. Sementara BSI sedang menunggu proses mengubah status dari anak usaha BUMN menjadi bank BUMN.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BSI pada Mei 2022, seluruh pemegang saham telah sepakat pemerintah Indonesia memiliki saham Seri A Dwiwarna di perseroan. Sebelum Saham Seri A Dwiwarna masuk, pemegang saham BSI adalah Bank Mandiri (50,83 persen), BNI (24,85 persen), BRI (17,25 persen), publik (7,08 persen).

Sebelumnya, Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan industri properti dinilai membutuhkan bank syariah besar untuk mendorong akses pembiayaan perumahan.  Bank syariah harus punya kemampuan penyaluran pinjaman yang mumpuni sehingga pasar tergarap optimal.

Terlebih KPR Syariah memiliki keunggulan cicilan yang tetap. Oleh karena itu Toto menyambut positif rencana PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI mengakusisi UUS BTN.

"Dari sisi (UUS) BTN Syariah mereka bisa mendapatkan dukungan pendanaan cukup besar dari BSI yang masuk kategori bank buku III," katanya.

Demikian pula branding BSI sebagai bank syariah besar milik negara bisa meningkatkan branding BTN Syariah kepada calon potensial customer. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), KPR syariah berkontribusi sebesar 15,6 persen per Februari 2022.

Angka ini naik 220 basis poin (bps) bila dibandingkan dengan kondisi pada 2017 yakni sekitar 13,4 persen. Hasil survei Consumer Sentiment Study semester I 2022 yang dirilis Rumah.com. juga menyebut sebanyak 27 persen responden lebih tertarik menggunakan pembiayaan skema syariah.

Peminat KPR konvensional sendiri hanya 21 persen. Selain itu, OJK juga mencatat pertumbuhan KPR syariah yang selalu berada di atas rata-rata industri. Pada 2020 contohnya, total portofolio KPR terpukul pandemi, sehingga pertumbuhannya melambat menjadi 4,6 persen secara tahunan (yoy), dari sebelumnya 8,5 persen (yoy).

 

Pada periode yang sama KPR syariah tumbuh 11,4 persen (yoy), sedangkan KPR konvensional 3,5 persen (yoy). Per Februari 2022, jurang pertumbuhan KPR syariah dan KPR konvensional hampir menipis, yakni 11,0 persen (yoy) dan 10,1 persen (yoy).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement