REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Microsoft membukukan laba bersih sebesar 16,7 miliar dolar AS atau setara Rp 250,383 triliun (kurs Rp 14.993 per dolar AS) pada kuartal IV 2021. Laba yang setara dengan 2,23 dolar AS per saham itu jauh di bawah ekspektasi analis yang sebesar 2,29 dolar AS per saham.
Dilansir AP, Selasa (26/7/2022), raksasa teknologi ini mencetak pendapatan sebesar 51,9 miliar dolar AS pada periode April-Juni. Angka tersebut naik 12 persen dari tahun lalu. Namun perolehan itu masih di bawah prediksi analis yakni sebesar 52,94 miliar dolar AS.
Microsoft menyebut pencapaian kinerja keuangan yang di bawah ekspektasi ini disebabkan faktor makroekonomi serta hal-hal tidak terduga lainnya, termasuk penghentian produksi terkait pandemi di China, pasar komputer yang memburuk, hingga perang di Ukraina.
Perusahaan telah menurunkan perkiraan laba dan penjualannya pada awal Juni. Hal tersebut lantaran terjadinya pelemahan nilai tukar mata uang asing akibat lonjakan dolar AS.
Selain itu, penjualan cukup sulit karena gangguan rantai pasokan dan ketidakstabilan geopolitik. Kondisi ini memberi tekanan pada bisnis komputasi Microsoft yang bergantung pada pendapatan lisensi.
Penjualan dari lisensi tersebut turun 2 persen dari periode yang sama tahun lalu. Penjualan juga menurun 6 persen terutama konten terkait game Xbox Microsoft. Sedangkan segmen bisnis komputasi hanya tumbuh 2 persen menjadi 14,4 miliar dolar AS.
Perusahaan riset pasar Gartner baru-baru ini mengatakan pengiriman PC global turun 12,6 persen pada kuartal kedua tahun 2022 dari periode yang sama tahun lalu, penurunan paling tajam dalam sembilan tahun. International Data Corp. memperkirakan pengiriman PC turun 15,3 persen pada kuartal kedua.
Meski demikian, pertumbuhan bisnis komputasi awan Microsoft mampu menutupi beberapa penurunan di pos lainnya. Penjualan di segmen berbasis cloud Microsoft naik 20 persen menjadi sebesar 20,9 miliar dolar AS.
Segmen perangkat lunak Microsoft, yang mencakup rangkaian produk Office-nya tumbuh 13 persen menjadi 16,6 miliar dolar AS. Pertumbuhan itu juga disumbang dari pendapatan LinkedIn yang meningkat 26 persen.