REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas penggalangan dana melalui penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada paruh pertama 2022 di wilayah Asia-Pasifik mengalami penurunan, baik dari sisi transaksi maupun jumlah dana yang dihimpun.
Hingga akhir Juni, jumlah transaksi IPO turun sebesar 37 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Sementara perolehan dana IPO juga turun drastis hinhha 42 persen yoy.
"Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi penurunan pasar IPO ini mulai dari pembatasan Covid-19 dan perang di Eropa hingga kenaikan tingkat inflasi dan ketegangan AS-China," kata EY Asia-Pacific IPO Leader, Ringo Choi, dikutip pada Selasa (19/7).
Meski demikian, menurut Choi, kinerja pasar Asia-Pasifik relatif lebih baik dengan memanfaatkan dua IPO global terbesar. Di kawasan ini terdapat 181 IPO yang berhasil pengumpulan dana sebesar 23,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 349,5 triliun selama kuartal kedua dan 367 IPO meningkatkan perolehan sebesar 66,0 milar dolar AS pada 2022.
Sektor material memimpin dengan 78 IPO, diikuti oleh sektor industri dengan 77 IPO. Bursa Efek Shenzhen memiliki jumlah transaksi tertinggi yakni mencapai 82 IPOyang merupakan 13 persen dari IPO global. Sementara itu, Shanghai Stock Exchange menjadi yang tertinggi dalam mencatatkan himpunan dana sejumlah 32,8 miliar dolar AS yang merupakan 34 persem dari IPO global.
China mengalami penurunan transaksi sebesar 36 persen yoy menjadi 191 IPO. Perolehan dana juga menyusut sebesar 16 persen menjadi 51,2 miliar dolar AS. Faktor pembatasan COVID-19, kerusuhan geopolitik, pasar saham yang melemah serta ketidakpastian ekonomi dan kenaikan suku bunga berdampak negatif pada aktivitas IPO di Hong Kong.
Dengan pencabutan pembatasan COVID-19 di Shanghai dan Beijing, bersama dengan 33 kebijakan dan langkah-langkah stabilisasi Dewan Negara, ekonomi China diperkirakan akan pulih secara signifikan pada kuartal III 2022 dan meningkatkan sentimen investor.
Jepang mencatatkan 37 transaksi IPO atau turun 31 persen yoy dengan mengumpulkan total perolehan dana sebesar 0,5 miliar dolar AS atau turun 84 persen yoy. Memburuknya sentimen investor terutama didorong oleh konflik geopolitik, kenaikan harga energi, dan depresiasi yen Jepang.
Aktivitas IPO Australia dan Selandia Baru mengalami penurunan 3 persen daru sisi transaksi IPO diikuti penurunan perolehan dana yang tajam sebesar 76 persen Hal ini dapat dikaitkan dengan beberapa IPO besar yang ditunda hingga kuartal III/IV 2022.
Kawasan Asean mencatatkan total 54 IPO atau turun 2 persen secara yoy. Jumlah penggalangan dana juga menyusut 55 persen yoy menjadi 2,4 miliar dolar AS. Penurunan ini disebabkan minimnya IPO dengan emisi jumbo.