Jumat 15 Jul 2022 06:04 WIB

40 Persen Makanan dan Minuman Diproses Secara Manual Menghambat Bisnis

Bisnis makanan dan minuman yang dijalankan secara manual malah menghambat operasional

Rep: Fitriyanto/ Red: Bilal Ramadhan
Pemrosesan pembuatan makanan (ilustrasi). Bisnis makanan dan minuman yang dijalankan secara manual malah menghambat operasional
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Pemrosesan pembuatan makanan (ilustrasi). Bisnis makanan dan minuman yang dijalankan secara manual malah menghambat operasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjalani operasional bisnis restoran secara manual masih menjadi pilihan bagi sebagian besar pengusaha. Namun, proses yang manual itu sangat menyita waktu, tenaga, bahkan biaya. Sebanyak 40 persen pengusaha makanan dan minuman mengeluhkan proses manual yang membuat mereka harus meluangkan waktu khusus untuk menginput data akuntansi.

Temuan itu diungkap melalui survei yang baru saja dirilis Food Market Hub, perusahaan penyedia platform sistem manajemen pengadaan yang membantu bisnis makanan dan minuman mengotomatisasi pengadaan dan inventaris barang mereka. Survei internal ini disebar kepada 34 restoran dan pemasok yang telah minimal dua bulan menggunakan layanan Food Market Hub.

Selain itu, 30 persen lainnya menghadapi tantangan terkait pelacakan inventaris, disusul 30 persen sisanya memiliki masalah pada pelacakan pesanan. Direktur Utama Roti Ropi, Ahmad Reza, bercerita tak enaknya mengelola operasional dapur secara manual.

Di awal bisnisnya, ia hanya mengandalkan WhatsApp untuk mengurus semua hal. Termasuk memesan bahan baku hingga pencatatan alur keuangan.

“Di mana hal tersebut memakan waktu sangat panjang. Bahkan untuk pemesanan bahan baku, tak jarang pesanan yang menumpuk justru membuat list order tidak komplit terbaca. Alhasil, bahan baku tidak terantar ke outlet, akhirnya terpaksa libur,” kata Direktur Utama Roti Ropi, Ahmad Reza dalam rilisnya, Kamis (14/7/2022).

Beragam faktor itu kemudian membuat pengusaha makanan dan minuman terus mencari solusi. Salah satunya dengan menggunakan layanan Food Market Hub. Sebanyak 50 persen responden mengatakan, digitalisasi yang ditawarkan Food Market Hub memudahkan menjalani operasional bisnis.

Sementara, 20 persen menyebut Food Market Hub menyediakan solusi pengadaan bahan baku. Tak heran, tiga dari lima fitur Food Market Hub menjadi kesukaan para pengusaha makanan dan minuman, yakni analisa (50 persen), inventarisasi dan pengadaan (30 persen).

“Tingkat efisiensi meningkat dan pencatatan menjadi lebih akurat. Tidak ada lagi kasus kertas hilang, lupa input atau harus menunggu data dari kantor yang prosesnya manual. Semua bisa dilakukan lebih realtime,” ucap Assistant Operation Supervisor Kopikalyan, Rahmawan Andyka.

Lebih lanjut, pendanaan (funding) menjadi salah satu fitur yang diharapkan tersedia di aplikasi Food Market Hub. Sebanyak 30 persen pengusaha makanan dan minuman berharap bisa mencicipi fitur tersebut.

Selain funding, fasilitas lain yang para pengguna Food Market Hub berharap bisa dapatkan adalah terhubung dengan supplier baru (30 persen) dan adanya payment gateway guna memudahkan invoicing dan pembayaran (20 persen).

“Saat ini Food Market Hub sedang mengembangkan dan siap melakukan proyek perdana di Malaysia. Diharapkan, pada tahun depan, Indonesia sudah bisa menikmati fitur funding ini,” kata Acquisition Lead Food Market Hub, Rona Hartriant.

Selain itu, ia menyatakan Food Market Hub akan hadir di JIEXPO pada ajang Food & Hotel Indonesia pada 26-29 Juli 2022 mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement