REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga komoditas cabai belakangan terus melambung tinggi di tingkat konsumen. Petani cabai menjelaskan, situasi tersebut tak lepas dari adanya gangguan pertanaman berupa serangan hama yang hampir terjadi di seluruh wilayah sentra pertanaman Indonesia.
Ketua Asosiasi Champion Cabai, Tunov Mondro Atmodjo, mengatakan, pada dasarnya setiap bulan selalu ada panen cabai di berbagai sentra. Hanya saja, serangan hama berdampak pada gangguan produksi sehingga hasil yang dipanen tidak maksimal.
"Panen terdekat itu bulan Juli tapi sudah mulai rusak cabai dan pohonnya karena jamur antraknosa dan layu fusarium. Lalu juga terkena lalat buah untuk cabai yang belum merah," kata Tunov kepada Republika.co.id, Senin (20/6/2022).
Sementara itu, tanamnya yang rencananya siap dipanen pada Agustus sudah menunjukkan gejala hama kuning. "Ini situasinya menyeluruh hanya selamat di wilayah Sulawesi tapi dia tidak luas. Kalau di Jawa sudah menyeluruh," katanya menambahkan.
Tunov menjelaskan, Kementan sudah melakukan pendampingan kepada para petani cabai. Langkah penanganan cabai termasuk di saat ada serangan hama telah mengacu kepada standar. Hanya saja, petani yang menjadi kunci dari keberhasilan produksi cabai.
Sebagai langkah jangka pendek, para kelompok petani yang tergabung dalam asosiasi akan menjual langsung hasil panennya ke wilayah Jabodetabek tanpa perantara distributor. Harga jual kepada konsumen sesuai harga dari petani yang diperkirakan antara Rp 65 ribu hingga Rp 70 ribu per kilogram.
Namun, penjualan khusus dilakukan di Toko Tani Indonesia/Pasar Mitra Tani di bawah pengawasan Kementerian Pertanian. Sebagai informasi, penjualan komoditas pangan yang dilakukan di TTI/PTM bisa lebih murah karena pemerintah menanggung ongkos distribusi dari sentra pertanaman. karena Kementan menanggung ongkos distribusi dari sentra pertanaman.
Tunov pun menjelaskan, penjualan tidak dilakukan ke pasar umum karena khawatir akan disalahgunakan oleh oknum pedagang dan dijual kepada konsumen dengan harga pasar yang jauh lebih tinggi. Saat ini harga cabai masih berkisar Rp 100 ribu per kg terutama jenis cabai rawit.
Penjualan langsung itu akan berlangsung hingga 14 hari ke depan."Kenapa? Karena setengah bulan lagi perkiraan saya harga akan melandai. Memang ada gangguan produksi tapi kalau konsumen dijejeli harga tinggi terus tentu akan jenuh. Kita mau memberi yang terbaik buat masyarakat," ujar dia.
Sementara itu, Badan Pangan Nasional (NFA) turut melakukan mobilisasi pasokan cabai dari wilayah sentra khususnya di Sulawesi Selatan ke kawasan Jabodetabek. Langkah itu menjadi upaya pemerintah untuk menurunkan harga cabai yang semakin tinggi terutama di sekitaran Ibu Kota.
Kepala Badan Pangan Nasional (NFA), Arief Prasetyo Adi, menuturkan, penambahan ketersediaan cabai efektif untuk mengintervensi turunnya harga cabai ditingkat pasar. Pada pekan lalu sedikitnya 3,5 ton cabai didatangkan dan akan terus dipasok hingga harga kembali normal.
“Harga cabai sudah mulai bergerak turun dan akan kita jaga agar harga terus stabil. Ini tahap awal fasilitasi logistik cabai, fasilitasi logistik berikutnya kita akan terus tekan harga cabai hingga sekitar Rp 60 ribu per kg," ujarnya akhir pekan lalu.
Sebelumnya, Arief mengatakan sebagai upaya langkah stabilisasi harga komoditas pangan khususnya cabai rawit merah, NFA akan memfasilitasi pendistribusian cabai rawit merah dari wilayah surplus ke Pasar Induk di Jabodetabek.
Selain cabai, NFA juga akan memfasilitasi distribusi bawang merah dari petani asal Kabupaten Bima dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat untuk dikirim ke Jabodetabek.