REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Timah Tbk (TINS) periode membukukan kinerja cemerlang sepanjang kuartal I 2022. Pada periode tersebut, Perseroan mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan yakni sebesar 5.713 persen menjadi Rp 601 miliar year-on-year (yoy).
Pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih Perseroan hanya di angka Rp 10 miliar. "Selain disebabkan oleh naiknya harga logam Timah, hal ini juga dikarenakan efektifitas Perseroan dalam menekan biaya operasional," kata Direktur Keuangan PT Timah tbk, Krisna Sjarif, Kamis (19/5).
Pada tiga bulan pertama tahun 2022, Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 4n4 triliun atau naik 80 persen dibandingkan kuartal I 2021. Kinerja laba operasi juga meningkat 575 persen Rp 885 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 131 miliar.
Naiknya profitabilitas Perseroan terlihat pula dari naiknya EBITDA sebesar 213 persen menjadi Rp 1,1 triliun dari sebelumnya Rp 347 miliar. Posisi nilai aset Perseroan naik 2 persen menjadi Rp 14,4 triliun dibandingkan akhir 2021 sebesar Rp 14,7 triliun.
Posisi liabilitas Perseroan tercatat Rp 7,4 triliun atau turun 12 persen dibandingkan posisi akhir tahun sebesar Rp 8,4 triliun. Sedangkan posisi ekuitas naik 11 persen menjadi Rp 7,0 triliun dibandingkan posisi akhir tahun sebesar Rp 6,3 triliun.
Posisi cash flow operasi Perseroan naik 111 persen menjadi Rp 2,1 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 0,9 triliun. Pinjaman bank dan utang obligasi turun signifikan menjadi Rp 3,7 triliun dari sebelumnya Rp 5,1 triliun.
Indikasi baiknya performa finansial Perseroan terlihat dari beberapa rasio seperti Quick Ratio 44 persen, Current Ratio 153 persen, Gross Profit Margin 25 persen, Net Profit Margin 14 persen, Debt to Asset Ratio 26 persen, dan Debt to Equity Ratio 53 persen.
Dari kinerja Operasi, produksi bijih timah Perseroan pada kuartal I 2022 tercatat sebesar 4.508 ton atau turun 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5.037 ton. Dari jumlah tersebut 35 persen atau 1.583 ton berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 65 persen atau 2.925 ton berasal dari penambangan laut.
Produksi logam timah juga turun 8 persen menjadi 4.820 Mton dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5.220 Mton. Penjualan logam timah juga turun 4 persen dari 5.912 Mton menjadi 5.703 Mton. Di sisi lain, harga jual rerata logam timah pada naik signifikan 76 persen menjadi 3.946 dolar AS per Mton.
Ke depan Perseroan terus berupaya untuk meningkatkan volume produksi, sehingga target produksi dapat tercapai sesuai RKAP. "Produksi bijih timah berbiaya rendah dari penambangan offshore akan terus ditingkatkan agar profit margin yang optimal tetap dapat dipertahankan," kata Krisna.