REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang ditemukan di Jawa Timur perlu mendapatkan respons cepat dan kewaspadaan tinggi. Dikhawatirkan, wabah yang meluas menganggu kestabilan pasokan ternak sapi terlebih menjelang Hari Raya Idul Adha.
Pengamat Pangan dan Pertanian, Khudori, mengatakan, Jawa Timur merupakan daerah populasi terbesar di Indonesia dengan kontribusi 27 persen dari perkiraan 18 juta ekor populasi sapi di Indonesia.
"Jawa Timur adalah produsen utama dan pemasok sapi ke wilayah yang menjadi konsumen utama. Mungkin dampak pasokan saat ini belum terasa, tapi mungkin dua pekan ke depan akan sangat terasa," kata Khudori kepada Republika.co.id, Rabu (11/5/2022).
Khudori mengatakan, dampak yang dirasakan bukan hanya dari sektor usaha turunan yang menggunakan daging sapi, namun juga ke daerah lain yang menjadi pasar utama. Di antaranya Jabodetabek dan Bandung Raya.
"Apalagi ini menjelang Idul Adha, tentu harga akan semakin tinggi di wilayah konsumen utama. Jika pasokan ikut turun tentu ketidakseimbangan supply deman akan terjadi," katanya.
Diketahui, pemerintah menerapkan pembatasan lalu lintas ternak dari wilayah yang tertular PMK ke luar wilayah. Di antara yang terkena pembatasan yakni Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto serta wilayah lain yang terindikasi terdapat kasus PMK.
Tingkat penyebaran PMK diakui sangat mudah dan cepat bahkan melalui airborne dengan jarak mencapai 200 kilometer (km).
Khudori mengatakan, aturan pembatasan itu akan membuat transaksi perdagangan daging hanya terjadi di internal daerah dan tidak dapat memasokn pasokan ke wilayah konsumen utama.
"Jangka pendek yang bisa dilakukan, mungkin Jabodetabek dan Bandung Raya harus bersiap mencari provinsi lain yang potensial memasok, seperti Lampung atau NTB meskipun itu tidak mudah juga," kata Khudori.
Sementara untuk langkah jangka panjang, Khudori menuturkan, pengawasan terhadap pemasukan impor ternak maupun daging perlu kembali diperketat. Termasuk dari sisi regulasi agar keamanan maksimal bisa dicapai. Pasalnya, masuknya penyakit ternak diduga berasal dari negara lain yang lebih dulu terjangkit.
Seperti diketahui, selain wabah penyakit mulut dan kuku di Jawa Timur, juga telah terdapat wabah lumpy skin disease (LSD) atau penyakit kulit pada ternak yang ditemukan di Riau pada awal tahun ini.