REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi tajam pada penutupan perdagangan awal pekan ini, Senin (9/5). konsisten bergerak di zona merah, IHSG berakhir di level 6.909,75 atau terpangkas 4,42 persen.
Kondisi ini tercermin dalam kelompok saham paling likuid LQ45 berdasarkan pantauan Republika.co.id kemarin. Kelompok saham paling likuid, indeks LQ45, jatuh lebih dalam dengan penurunan mencapai 5,48 persen. Sementara investor asing membukukan penjualan bersih hingga Rp 2,59 triliun dengan saham yang paling banyak dilepas BBCA mencapai Rp 1,4 triliun.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pergerakan IHSG sangat dipengaruhi sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve ( the Fed. Penurunan IHSG juga disebabkan aksi ambil untung efek menguatnya IHSG sejak awal tahun.
"Suku bunga acuan the Fed cukup tinggi, sehingga tekanan suku bunga BI untuk naik sudah cukup besar, jadi market melihat ada kenaikan suku bunga jangka pendek. Ini yang menyebabkan banyaknya profit taking," kata Wawan saat dihubungi Republika.
Selain itu, Wawan menambahkan, pelaku pasar juga mengantisipasi kenaikan kasus Covid-19 paskamudik lebaran. Jika terjadi kenaikan jumlah kasus, pasar khawatir dapat memicu pengetatan aktivitas masyarakat.
Meski demikian, Wawan menegaskan, investor tidak perlu khawatir mengingat koreksi yang terjadi masih terbilang wajar. Investor bisa memanfaatkan diskon harga ini untuk mengakumulasi pembelian atas saham-saham blue chip terutama berkapitalisasi jumbo seperti bank buku IV yang koreksinya cukup dalam.
"Kalau dari data makro yang ada, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan laba masih sangat baik sekali. Menurut saya ini koreksi wajar saja," kata Wawan.