REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Indonesia Tbk pada kuartal pertama tahun ini mencatatkan volume produksi sebesar 12,15 juta ton batu bara. Sedangkan dari sisi volume penjualan mencapai 12,20 juta ton.
Dikutip dari keterbukaan informasi publik BEI, realisasi produksi batu bara adaro pada kuartal pertama ini turun 6 persen dibandingkan kuartal pertama tahun 2021. Sedangkan dari sisi penjualan turun 3 persen dari realisasi 2021.
Penurunan produksi serta volume penjualan disebabkan di tiga bulan pertama tahun ini, lokasi tambang perusahaan mengalami musim hujan yang lebih parah dari tahun sebelumnya. Alhasil, curah hujan yang tinggi ini mempengaruhi aktivitas penambangan.
Dari sisi serapan, pada kuartal pertama tahun ini perusahaan banyak memasok kebutuhan domestik. Sedangkan untuk sisi ekspor, pasar asia timur mencakup porsi 27 persen dari total penjualan batubara. Sedangkan asia tenggara sebesar 17 persen.
Pasar india menyerap 13 persen sementara China sebesar 10 persen. Pasar eropa juga masih membutuhkan batu bara Adaro dengan serapan 2 persen.
Meski angka penjualan turun, ADRO berhasil membukukan kenaikan pendapatan. ADRO membukukan pendapatan senilai 1,22 miliar dolar AS, naik 77,13 persen dari pendapatan di kuartal pertama 2021 sebesar 691,97 juta dolar AS.
Kenaikan pendapatan ini terutama karena adanya kenaikan sebesar 86 persen pada harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) secara berkat harga batubara yang tinggi.