Ahad 01 May 2022 19:04 WIB

LPS Prediksi Inflasi Mampu Tahan Penurunan Suku Bunga Simpanan Bank

Sepanjang Maret 2022, LPS catat penurunan suku bunga rupiah masih berlanjut

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).  Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai ruang penurunan suku bunga simpanan akan semakin terbatas. Hal ini karena adanya potensi kenaikan inflasi yang bisa memicu kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral.
Foto: lps.go.id
Logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai ruang penurunan suku bunga simpanan akan semakin terbatas. Hal ini karena adanya potensi kenaikan inflasi yang bisa memicu kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai ruang penurunan suku bunga simpanan akan semakin terbatas. Hal ini karena adanya potensi kenaikan inflasi yang bisa memicu kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral.

“Mengantisipasi tren kenaikan inflasi dan kemungkinan penyesuaian suku bunga kebijakan, ruang penurunan suku bunga simpanan diperkirakan akan semakin terbatas,” demikian laporan indikator stabilitas LPS periode April 2022, Ahad (1/5/2022).

LPS menyebutkan pola penurunan suku bunga simpanan saat ini sudah berada tahap akhir dan lebih ditujukan sebagai bentuk respons penyesuaian terhadap tingkat kompetisi antarbank. Adapun kenaikan suku bunga maksimum dan porsi sensitif pendanaan, menurut LPS, pada beberapa bank potensial diikuti dengan kenaikan suku bunga pada bank lain. 

Kendati demikian, perbankan diperkirakan masih akan berupaya mengoptimalkan pengelolaan selisih biaya bunga simpanan dan kredit dalam upaya menjaga kinerja marjin bunga bersih dalam jangka pendek. Sepanjang Maret 2022, LPS mencatat penurunan suku bunga rupiah masih berlanjut dengan laju penurunan yang lebih terbatas.

Rata-rata tingkat bunga deposito rupiah seluruh bank LPS pada akhir Maret 2022 turun enam basis poin (bps) ke level 3,14 persen dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya. Suku bunga minimum dan maksimum masing-masing turun 5 bps ke level 2,57 persen dan 3,71 persen.

“Sedangkan suku bunga seluruh bank untuk valuta asing mulai menunjukkan kenaikan dipengaruhi kenaikan suku bunga offshore dan suku bunga operasi moneter, suku bunga maksimum dan minimum masing-masing naik 1 bps ke level 0,52 persen dan 0,33 persen, sedangkan rata-rata seluruh bank valuta asing naik dua bps ke level 0,43 persen,” tulis LPS.

Dari sisi intermediasi, LPS memproyeksikan pertumbuhan kredit akan meningkat bertahap. Pertumbuhan tersebut seiring dengan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut.

“Bank masih akan sangat selektif dalam menyalurkan kredit dengan memperhatikan pengelolaan risiko kredit dan kinerja calon debitur,” tulis LPS.

Selanjutnya, pembentukan cadangan yang lebih besar akan terus dilakukan bank untuk mengantisipasi pemburukan kualitas kredit. Menurut LPS, peningkatan permintaan kredit dari berbagai sektor usaha yang lebih besar akan menjadi tantangan baru dalam pengelolaan likuiditas dan strategi penghimpunan dana.

Maka itu, LPS meminta agar bank harus mengantisipasi perubahan perilaku deposan akibat kehadiran layanan keuangan digital yang dapat mempengaruhi peta persaingan antarbank. LPS mencatat penyaluran kredit terus melanjutkan tren positif hingga tumbuh 6,33 persen secara tahunan (yoy) pada Februari 2022. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement