Sabtu 26 Mar 2022 21:50 WIB

Kementan: 220 Hektare Sawah Tahun Ini Tanam dan 4 Kali Panen

Peningkatan indeks pertanaman diharap memperkuat persediaan beras.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Foto udara sawah abadi siap panen di Ujung Menteng, Jakarta Timur, (23/2/2022). Panen padi di sawah seluas tiga hektare tersebut menghasilkan sebanyak 19,5 ton yang akan dijadikan benih untuk dikirim kepada kelompok petani binaan Dinas KPKP di wilayah Jakarta Utara dan Barat.
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Foto udara sawah abadi siap panen di Ujung Menteng, Jakarta Timur, (23/2/2022). Panen padi di sawah seluas tiga hektare tersebut menghasilkan sebanyak 19,5 ton yang akan dijadikan benih untuk dikirim kepada kelompok petani binaan Dinas KPKP di wilayah Jakarta Utara dan Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan, sebanyak 220 ribu hektare lahan sawah tahun ini akan mengalami empat kali musim tanam dan panen padi. Diharapkan, peningkatan indeks pertanaman itu dapat membantu untuk semakin memperkuat persediaan beras sekaligus membuka peluang ekspor.

"Tahun lalu, IP (indeks pertanaman) 400 baru sekitar 9.800 hektare di 84 kabupaten. Sekarang sudah 220 ribu hektare di 120-an kabupaten," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Suwandi, dalam webinar Propaktani, Jumat (25/3/2022).

Baca Juga

Suwandi mengatakan, pola IP 400 itu terus dievaluasi dan dibenahi agar manfaat yang diperoleh menjadi optimal dan meminimalisasi dampak negatif. Pasalnya, peningkatan indeks pertanaman itu memperkecil jarak musim panen ke musim tanam yakni hanya sekitar lima hingga 10 hari.

Situasi itu membuat Kementan dan para petani harus lebih mengantisipasi kemungkinan hama penyakit yang bisa muncul karena pertanaman dilakukan secara terus menerus.

"Sesuai masukan para pakar semua, kita lakukan itu semua dengan antisipasi hama penyakit," kata Suwandi menambahkan.

Meski demikian, ia mengatakan, peningkatan produksi beras tidak hanya dilakukan dengan menambah indeks pertanaman. Namun juga dengan menaikkan produktivitas padi. Hal itu, tentunya akan sangat bergantung pada benih unggul, pupuk, sekaligus pengendalian hama penyakit dan sistem pasca lpanen yang lebih modern.

"Bagaimana itu bisa dilakukan, ya kuncinya dengan pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR)," kata Suwandi.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi terdapat peningkatan luas panen padi periode Januari-April 2022. Peningkatan tersebut, secara langsung akan mengerek kenaikan produksi gabah kering giling (GKG) sekaligus produksi beras nasional.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, menyampaikan, berdasarkan hasil penghitungan Kerangka Sampel Area (KSA), total luas panen Januari-April tahun ini diperkirakan mencapai 4,81 juta hektare.

"Secara presentase, ini mengalami kenaikan 8,58 persen dari luas panen Januari-April 2021 seluas 3,43 juta ha," kata Setianto.

Seiring dengan proyeksi kenaikan luas panen musim pertama tahun ini, total produksi gabah kering giling (GKG) diperkirakan tembus 25,4 juta ton. Angka itu meningkat signifikan sebesar 7,7 persen dari produksi periode sama tahun lalu yang hanya 23,58 juta ton.

Kenaikan pada GKG lantas akan berdampak pada bertambahnya produksi beras di level hilir. BPS mencatat, produksi beras Januari-April 2022 diperkirakan sebanyak 14,63 juta ton atau naik 7,7 persen dari Januari-April 2021 sebesar 13,58 juta ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement