Rabu 16 Mar 2022 19:06 WIB

Sering Gunakan Pay Later? Ini Dampaknya ke Skor Kredit Pribadi

Gagal bayar pay later bisa berdampak bagi kredit skor khususnya bank rekanan

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Paylater Traveloka (ilustrasi). Pilihan pembayaran menggunakan sistem pay later mulai ramai di tengah masyarakat. Walaupun masih tergolong baru, penggunaan pay later di Indonesia sepanjang 2021 mencapai 27 persen berdasarkan Fintech Report dari DSResearch. Sementara pengguna kartu kredit masih tergolong rendah yaitu 6 persen.
Foto: Traveloka
Paylater Traveloka (ilustrasi). Pilihan pembayaran menggunakan sistem pay later mulai ramai di tengah masyarakat. Walaupun masih tergolong baru, penggunaan pay later di Indonesia sepanjang 2021 mencapai 27 persen berdasarkan Fintech Report dari DSResearch. Sementara pengguna kartu kredit masih tergolong rendah yaitu 6 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilihan pembayaran menggunakan sistem pay later mulai ramai di tengah masyarakat. Walaupun masih tergolong baru, penggunaan pay later di Indonesia sepanjang 2021 mencapai 27 persen berdasarkan Fintech Report dari DSResearch. Sementara pengguna kartu kredit masih tergolong rendah yaitu 6 persen.

Tanpa disadari, sering menggunakan pay later ternyata juga berdampak terhadap kredit skor seseorang. Pada dasarnya, pay later dan kartu kredit memiliki prinsip yang serupa dan dapat berdampak pada kredit skor pribadi jika tidak digunakan dengan bijak. 

Baca Juga

Direktur Utama PEFINDO Biro Kredit, Yohanes Abimanyu, menyampaikan salah satu penilaian paling mendasar yang diterapkan oleh lembaga keuangan untuk menyetujui pengajuan kredit adalah dengan mengecek kelayakan debitur melalui kredit skoring.

Poin yang tersedia di MyIdScore menampilkan mulai dari angka 250 hingga 900. Makin tinggi skor, maka makin rendah risiko kredit dan makin besar kemungkinan kredit disetujui. Jika memiliki skor di atas angka 650, itu artinya termasuk dalam kriteria yang bagus dan aman. 

Menurut Abimanyu, lembaga keuangan akan lebih mudah menyetujui pengajuan fasilitas pendanaan jika nasabah memiliki kredit skor yang tinggi atau riwayat kredit yang baik. Pada umumnya, nasabah yang tergolong high risk atau kredit skor rendah, akan lebih sulit memperoleh persetujuan dibanding nasabah low risk. 

"Oleh karena itu, sebaiknya kita menjaga kredit skor dan riwayat kredit sejak dini, supaya mempermudah perencanaan keuangan di masa mendatang," kata Abimanyu. 

Abimanyu tidak menampik kemungkinan pay later juga akan meninggalkan jejak yang sama dalam riwayat kredit. Jadi kalau gagal bayar pay later, bisa berdampak bagi kredit skor sebab sumber pendanaan pay later bisa jadi berasal dari dari bank rekanan.

Direktur Utama PT Atome Finance Indonesia Meri Ui menambahkan, riwayat penggunaan pay later akan tercatat pada riwayat kredit individu. Penggunaan pay later memperbanyak opsi masyarakat dalam memilih metode pembayaran. Proses penggunaan pay later seperti Atome dirancang lebih sederhana, fleksibel dan mudah digunakan, ini bisa jadi tahapan awal untuk debitur membangun reputasi kredit. 

"Sehingga nanti saat akan mengajukan kredit yang lebih besar, seperti KPR, riwayat kreditnya sudah bagus," kata Meri.

Jika sudah terlanjur memiliki kredit skor yang rendah, masih ada kesempatan untuk diperbaiki. Growth Consultant dan Content Creator, Jonathan End, mengatakan salah satu cara memperbaiki kredit skor adalah dengan langsung membayar lunas tagihan sebelum jatuh tempo. Lalu, mulai mengatur utang dengan menggunakannya untuk hal yang produktif.

Kredit skor rendah juga bisa disebabkan oleh data yang tidak akurat, seperti yang pernah dialami Jonathan. "Saya menemukan satu data yang tidak update setelah mengecek kredit skor di MyIdScore. Ada satu akun rekening yang seharusnya sudah ditutup dari lama, tapi di riwayat kredit saya masih ada tagihannya. Dari situ, saya jadi tahu kalau ada data yang perlu saya perbaiki, supaya kredit skor terjaga," tutup Jonathan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement