Jumat 11 Mar 2022 03:43 WIB

Stok Pangan Jelang Ramadhan 2022, Mentan: Tidak Perlu Khawatir

Kementerian Pertanian telah melakukan validasi dan aktualisasi stok pangan

Rep: iit septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Petugas Satgas Pangan Provinsi Kalteng berbincang dengan pedagang saat melakukan sidak minyak goreng di Pasar Kahayan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (10/2/2022). Sidak tersebut untuk memastikan ketersediaan stok dan harga eceran minyak goreng di pasar serta di pasokan distributor setempat sekaligus mencegah terjadinya penimbunan minyak yang menyebabkan kelangkaan di pasaran.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Petugas Satgas Pangan Provinsi Kalteng berbincang dengan pedagang saat melakukan sidak minyak goreng di Pasar Kahayan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (10/2/2022). Sidak tersebut untuk memastikan ketersediaan stok dan harga eceran minyak goreng di pasar serta di pasokan distributor setempat sekaligus mencegah terjadinya penimbunan minyak yang menyebabkan kelangkaan di pasaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mendekati bulan suci Ramadhan, masalah ketersediaan dan kenaikan harga bahan pangan mulai muncul di masyarakat. Pasalnya, bulan suci umat Muslim yang jatuh pada April itu biasa diikuti dengan kelangkaan dan naiknya harga kebutuhan dapur di pasar.

Namun, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai masalah kebutuhan pangan di bulan mendatang. Hal itu karena, kedua masalah utama mengenai pangan telah diawasi dan diatasi agar stok pangan tidak langka dan melambung tinggi semasa Ramadan.

"Melihat masalah pangan itu ada dua sisi. Yang pertama kertersediaan. Yang paling penting, masalah ketersediaan bisa kita jalani dengan betul dan tentu dilakukan pengukuran-pengukuran dari ketersediaan yang ada karena negara ini, dari Sabang sampai Merauke, jumlah penduduk kita dari 273 juta lebih yang membutuhkan (ketersediaan pangan)," ujar Syahrul dalam keterangan resmi, Kamis (10/3).

Kementerian Pertanian telah melakukan validasi dan aktualisasi untuk memastikan ketersediaan pangan sepanjang bulan puasa nanti. Bahan pangan utama seperti daging dan kedelai akan menjadi perhatian bagi Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional.

"Yang kedua, melihat pangan dari segi stabilisasi harga. Tentu saja kalau dia menjadi harga yang terkait dengan importasi, dia sangat terkait atau terkontaksi dengan harga-harga global atau harga internasional harian,” lanjutnya.

Syahrul mengatakan, kenaikan harga tahu dan tempe yang terjadi akhir-akhir ini berhubungan erat dengan masalah naiknya bahan baku impor. Amerika dan Brazil, sebagai salah satu penghasil kacang kedelai impor, belum lama ini mengalami masalah dan kegagalan panen sehingga harga bahan baku melambung.

Sementara, ketersediaan kedelai lokal belum cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Indonesia. Kenaikan harga bahan baku kacang kedelai impor akhirnya menyebabkan kenaikan harga tahu dan tempe di masyarakat.

Untuk mengatasi masalah ketersediaan dan kestabilan harga pangan, Kementerian Pertanian telah menyiapkan agenda jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Agenda jangka pendek dilakukan demi menjawab masalah pangan yang biasa terjadi di bulan puasa. 

Menurut Mentan, agenda jangka pendek telah dilakukan dan diselesaikan dengan baik. Masyarakat Indonesia tidak perlu mengawatirkan masalah pangan saat puasa.

Sebagai contoh, masalah ketersediaan daging sapi. Saat ini telah tersedia 234 ribu ton daging sapi lokal sementara kebutuhan tertinggi daging sapi di masyarakat hanya sampai 202 ribu ton. Maka masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan ketersediaan bahan pangan di bulan Ramadan.

Hanya saja untuk menjawab masalah pangan di jangka menengah dan jangka panjang, Menteri Pertanian akan mendorong produksi bahan baku lokal. Hal itu dengan berbagai program yang dibentuk Kementerian Pertanian demi membantu petani dan kelancaran distribusi bahan baku. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement