REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,8 persen sampai 5,5 persen. Hal ini mengingat kondisi ekonomi global kini cukup menantang.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, ada sejumlah faktor yang memicu. Antara lain, tensi geopolitik Rusia dan Ukraina, potensi inflasi yang tinggi, kebijakan pengurangan pembelian aset atau tapering dari Bank Sentral Amerika Serikat, dan tekanan dari Covid-19 varian Omicron.
"Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,1 persen pada 2022. Beberapa hal tersebut amat menantang dan perlu diwaspadai dan dicermati, tetapi kami yakin selama kita masih tetap menjalankan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dengan baik, perekonomian kita masih akan tumbuh dengan baik," ujar Purbaya dalam keterangan resmi, Rabu (9/3/2022).
Menurutnya kebijakan fiskal dan moneter baik yang dimaksud yakni kebijakan moneter dan fiskal yang masih mendukung perekonomian. Jika melihat dari sisi moneter, Purbaya menuturkan jumlah uang yang ada sistem ekonomi dan siap mendorong pertumbuhan ekonomi masih cukup tinggi tumbuh di atas 20 persen.
Terkait kondisi suku bunga penjaminan, LPS telah memangkas Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) sebesar 275 basis poin (bps) TBP rupiah dan 150 bps TBP valas sepanjang 2020-2021, sehingga berhasil berdampak kepada penurunan suku bunga kredit. "LPS akan terus mencermati respons perkembangan suku bunga simpanan, dan akan melakukan evaluasi atas kebijakan TBP sesuai perkembangan data dan informasi terkini yang tersedia dengan tetap memperhatikan proses pemulihan ekonomi, stabilitas sistem keuangan dan likuiditas," ucapnya.