Kamis 03 Mar 2022 14:24 WIB

Adaro Bungkus Pendapatan 3,99 Miliar Dolar AS pada 2021

Adaro mengantongi laba sebesar 1,25 miliar dolar AS.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk Garibadi Thohir. PT Adaro Energy Tbk membungkus pendapatan pada 2021 kemarin sebesar 3,99 miliar dolar AS.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk Garibadi Thohir. PT Adaro Energy Tbk membungkus pendapatan pada 2021 kemarin sebesar 3,99 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Indonesia Tbk membungkus pendapatan pada 2021 kemarin sebesar 3,99 miliar dolar AS. Dari pendapatan ini tahun lalu perusahaan mengantongi laba 1,25 miliar dolar AS.

Presiden Direktur Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir menjelaskan, pendapatan yang dibungkus pada 2021 memang meningkat hampir 58 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 2,53 miliar dolar AS. Kenaikan pendapatan ini salah satunya karena kenaikan harga jual batu bara.

Baca Juga

"Kondisi pasar yang kondusif menopang kenaikan pendapatan perusahaan pada 2021. Dari kenaikan pendapatan ini, kami bisa meningkatkan kontribusi kami kepada negara melalui royalti dan pajak," ujar Garibaldi, Kamis (3/3/2022).

Garibaldi memerinci, pada tahun lalu perusahaan menyetorkan royalti dan pajak kepada pemerintah mencapai 893 juta dolar AS.

Kenaikan pendapatan murni ditopang oleh kenaikan harga batu bara dunia yang hampir mencapai 70 persen dibandingkan 2020. Sebab, dari sisi produksi perusahaan memproduksi sebesar 52,7 juta ton atau turun tiga persen dibandingkan 2020.

Sedangkan dari sisi penjualan perusahaan menjual 51,58 juta ton batu bara, turun lima persen dibandingkan realisasi penjualan di 2020.

Garibaldi menambahkan, perusahaan yakin pemulihan ekonomi global juga akan berdampak positif pada kinerja perusahaan di tahun ini. Perusahaan akan tetap waspada terhadap pandemi dan juga pergerakan ekonomi global.

"Kami senantiasa meningkatkan keunggulan operasional, pengendalian biaya dan melakukan efisiensi sehingga mampu mempertahankan keberlanjutan bisnis jangka panjang," ujar Garibaldi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement