REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo menilai pandemi Covid-19 telah berperan dalam meningkatkan penerbitan Environmental, Social & Governance (ESG) Bonds. Hal tersebut terlihat dari peningkatan dua kali lipat penerbitan ESG Bonds pada tahun 2020 yakni 698,7 miliar dolar AS dari tahun 2019 yang sebesar 358,3 miliar dolar AS.
"Tren ini mencerminkan tuntutan instrumen ESG, serta pentingnya isu-isu ESG yang menyebabkan institusi keuangan membantu mengatasi masalah kesehatan, lingkungan, dan sosial," ujar Kartika dalam Side Event Presidensi G20 Indonesia di Jakarta, Jumat (18/2/2022).
Penerbit ESG Bonds pada tahun 2020 terdiri dari Efek Beragun Aset (EBA), korporasi finansial, pemerintah lokal, bank pembangunan, pemerintah, korporasi non-finansial, serta lainnya. Menurut dia, penerbitan terbesar ESG Bonds pada tahun 2020 terjadi pada Social Bonds di antara dua jenis bonds lainnya yakni Green Bonds dan Sustainability Bonds.
"Di Indonesia kami memang telah memulai dan terus membangun kerangka kerja serta ekosistem pendukung untuk keuangan berkelanjutan," ucap dia.
Kartika menjelaskan implementasi keuangan berkelanjutan di Indonesia dimulai dengan Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan Fase Satu 2015-2019 yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagai langkah awal untuk meningkatkan kesadaran implementasi ESG dan adaptasi perubahan iklim menuju ekonomi rendah karbon.
Selanjutnya pada tahun 2021 OJK menerbitkan Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan Fase Dua 2021-2025, yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi industri jasa keuangan, serta kementerian dan lembaga terkait dalam meningkatkan implementasi ESG, dan mengembangkan pembiayaan berkelanjutan.
Terakhir pada Januari 2022, OJK telah merilis Taksonomi Hijau Indonesia edisi 1.0 sebagai pedoman dan acuan bagi industri jasa keuangan dalam mengidentifikasi dan melaporkan eksposur dan pembiayaan hijau.