REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Hortikultura menjadi produk pertanian yang memiliki nilai strategis di Indonesia. Data yang akurat dan komprehensif merupakan kebutuhan yang sangat krusial disektor ini. Tidak hanya menciptakan ketepatan dalam hal penyusunan perencanaan, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menuturkan data yang reliabel menjadi basis ketepatan implementasi kebijakan hingga aspek evaluasi.
"Data itu sebagai sumber informasi yang sangat penting, data adalah awal dan akhir dari manajemen, kalau kita memiliki data yang salah maka kita merencanakan sesuatu yang salah, dan kita akan berjalan dijalan yang salah," ungkap Syahrul saat hadir pada acara Sinkronisasi Angka Sementara Hortikultura Tahun 2021 dan Launching Satu Data Statistik Pertanian Hortikultura di Bogor, Jawa Barat.
Ketersediaan data pertanian selama ini, lanjut Syahrul, telah menjadi dasar bagi dirinya untuk menentukan arah dan kebijakan pertanian terutama disaat Indonesia menghadapi tantangan pandemi covid 19. Kondisi ini, sambung Syahrul, menjadikan kebijakan ketersediaan pangan dan kontribusi pertanian terhadap pemulihan ekonomi menjadi sangat vital. Dengan data dan pengambilan kebijakan yang tepat, ia mengaku di sepanjang pandemi Covid-19, pertanian mampu tampil tangguh dan berkinerja baik.
"Dua tahun ini hanya pertanian yang mampu berkontribusi positif bagi perekonomian, data menunjukan sektor ini terus tumbuh. Rkspor pertanian di 2021, mencapai Rp 625,04 triliun, meningkat 38,68 persen dibandingkan 2020. Begitupun dengan indikator kesejahteraan petani tercatat terus meningkat hingga Januari 2022," kata Syahrul menjelaskan.
Ia mengaku pemutakhiran data pertanian khususnya di subsektor hortikultura akan dilakukan bersama Badan Pusat Statistik (BPS), selain kolaborasi dan sinergi tersebut pihaknya akan memaksimalkan pengunaaan digital teknologi agar data - data tersebut dapat diakses secara cepat dan mudah.
"Data itu tidak boleh bersifat asumsi, harus faktual, data adalah fakta, sumber dan bukti dari kenyataan yang ada di lapangan. Dengan teknologi digital kita bisa dengan cepat mengetahui dimana titik bias, percepat koreksi dan segalanya," ungkap Syahrul.
Sementara itu, Sekretaris Utama Badan Pusat Statistik (BPS), Atqo Mardiyanto, mengungkapkan, di tengah tantangan dan berbagai disrupsi akibat Covid-19, pertanian mampu menjadi sektor yang tangguh dan berkontribusi positif pada perekonomian negara. Dalam kegiatan perekonomian, sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting.
"Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 13,28 persen pada tahun 2021 atau merupakan urutan kedua setelah sektor Industri Pengolahan sebesar 19,25 persen," kata Atqo.
Ia juga menjelaskan, pertanian mengalami pertumbuhan sepanjang 2021 yaitu sebesar 1,84 persen. Pertumbuhan tersebut tidak lepas dari meningkatnya produksi hortikultura seperti pisang sebesar 6,00 persen, durian sebesar 21,25 persen, dan nanas sebesar 19,50 persen.
"Usaha hortikultura ini telah menjadi sumber pendapatan dan penghidupan petani dan pelaku usaha yang memberikan kontribusi positif terhadap indikator ekonomi makro," ungkap dia.