REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Konsumen harus bersiap menghadapi harga energi yang tinggi selama bertahun-tahun. Harga minyak dan gas telah meroket dalam beberapa bulan terakhir.
Hal itu sebagai akibat dari pemulihan yang cepat aktivitas ekonomi global karena pembatasan Covid-19 telah berkurang. Selain itu, juta akibat penurunan investasi dalam pasokan energi baru.
Sementara perusahaan minyak dan gas melaporkan pendapatan besar pada 2021, konsumen, khususnya di Eropa, menghadapi kenaikan tajam dalam tagihan bensin, pemanas dan listrik. Hal tersebut pada gilirannya telah mendorong beberapa pemerintah untuk memperkenalkan subsidi untuk mengurangi tekanan pada masyarakat.
"Saya tidak punya kabar baik untuk disampaikan, harga minyak akan tetap tinggi", kata CEO TotalEnergies Prancis, Patrick Pouyanne kepada RTL Radio.
TotalEnergies akan membagikan voucher 100 euro (114,20 dolar AS) untuk membantu beberapa klien berpenghasilan rendah menangani tagihan energi tinggi, kata Pouyanne.
Harga gas alam Eropa telah meningkat lebih dari tiga kali lipat selama tahun lalu, setelah mencapai rekor tertinggi akhir tahun lalu di tengah persediaan musiman yang rendah. "Apa yang bisa kita harapkan adalah volatilitas selama beberapa bulan dan tahun mendatang," kata CEO British Petroleum (BP) Bernard Looney kepada Reuters pada Selasa (8/2/2022).
Perusahaan Inggris itu melaporkan laba tahunan tertinggi dalam delapan tahun.
Pasar minyak bisa melihat pasokan lebih ketat tahun ini dan mendukung harga lebih lanjut yang tetap di atas 90 dolar AS per barel, tertinggi sejak 2014, kata Looney.
Equinor, pemasok gas pipa terbesar kedua di Eropa setelah Gazprom Rusia, membukukan rekor laba kuartalan pada Rabu (9/2/2022). CEO Equinor, Anders Opedal, mengatakan dia memperkirakan pasar gas Eropa tetap ketat, dengan permintaan tetap kuat tahun ini karena penyimpanan di bawah normal perlu diisi ulang.
"Kami memperkirakan pasar gas yang ketat ke depan dan kami memperkirakan volatilitas dalam perkembangan harga listrik," kata Opedal dalam konferensi pers.
Perusahaan energi top Eropa berencana untuk mengalihkan bisnis mereka dari bahan bakar fosil ke energi rendah karbon dan terbarukan. Mereka juga telah memperlambat investasi dalam proyek minyak dan gas baru dalam beberapa tahun terakhir, sebagian berkontribusi pada kekurangan pasokan saat ini.
Equinor memperkirakan total produksi minyak dan gas akan meningkat sebesar 2,0 persen pada tahun 2022. Produksi BP diperkirakan akan tetap datar tahun ini dibandingkan 2021.