REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meminta semua pasokan LNG dalam negeri untuk bisa didistribusikan ke PLN sebagai bahan bakar pembangkit. Selain krisis pasokan batubara, PLN ternyata juga krisis pasokan LNG.
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief Setiawan Handoko mengatakan krisisnya pasokan LNG ini bukan karena dari pihak KKKS dan SKK tidak memasok LNG. Namun, ada perubahan permintaan dari PLN baik dari volume maupun tata waktu pengiriman.
Bahkan menurut catatan SKK Migas, terdapat kargo-kargo yang secara kontraktual sudah disiapkan, namun tidak terserap oleh PLN yaitu sebanyak 13 kargo di tahun 2020 dan 11 kargo di tahun 2021.
"Sebenarnya semua kebutuhan bisa dipenuhi, termasuk beberapa permintaan yang secara tata waktu berubah dari jadwal semula" ujar Arief melalui keterangan tertulisnya, Rabu (5/1).
Padahal, kata Arief dalam tiga tahun terakhir, sektor hulu migas selalu berhasil memenuhi komitmen jumlah kargo LNG untuk sektor kelistrikan dalam negeri.
"Kita tahu bersama bahwa ke depan peran gas alam, termasuk LNG, akan semakin strategis sebagai energi transisi menuju net zero emission. Dalam proses tersebut, SKK Migas memastikan bahwa sektor hulu migas sudah dan tetap akan berkomitmen memasok LNG untuk pembangkit listrik," ujar Arief.
Saat ini, pasokan LNG untuk kelistrikan berasal dari kilang LNG Bontang dan Tangguh. Realisasi pasokan LNG untuk PT PLN (Persero) dari kedua Kilang tersebut adalah 58 kargo di tahun 2019, 40 kargo di 2020, dan 54 kargo di 2021.
Dia menambahkan bahwa di tahun 2022, sektor hulu migas masih tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan LNG dari pembangkit listrik PLN. Hulu Migas telah menyiapkan 58 kargo dari kilang LNG Bontang dan Tangguh. “Saat ini seluruh pihak terkait sedang memastikan ketersediaan energi untuk kelistrikan, khususnya di kuartal I tahun 2022,” katanya.
Arief menegaskan bahwa LNG merupakan komoditas yang butuh waktu untuk menyiapkannya. SKK Migas berharap seluruh kargo yang disiapkan untuk PLN dapat diserap. “Perencanaan penggunaan bahan bakar LNG untuk sektor kelistrikan diharapkan dapat dibenahi ke depannya untuk memastikan pasokan aman bagi pembeli dan kesinambungan produksi bagi penjual” ujar Arief.
Sektor hulu migas mulai memasok LNG untuk domestik di tahun 2012. Saat itu volume pasokan untuk domestik masih sebesar 14 kargo. Jumlah tersebut terus meningkat dengan angka tertinggi sebesar 60,6 kargo di tahun 2019. Turunnya permintaan LNG akibat pandemi, di tahun 2020 pasokan LNG untuk domestik turun ke 44,9 kargo. Namun, di 2021, tren kembali naik dengan jumlah pasokan mencapai 56 kargo. Dari pasokan LNG untuk domestik tersebut, pasokan untuk sektor kelistrikan menjadi yang paling tinggi.
Contohnya di tahun 2021, dari total pasokan 56 kargo, pasokan untuk sektor kelistrikan mencapai 54 kargo. Sisanya, untuk sektor industri. Artinya, 96,5 persen pasokan LNG untuk domestik digunakan oleh sektor kelistrikan.
"Komitmen untuk mendukung sektor kelistrikan ini akan terus kami jaga seiring semakin strategisnya peranan gas alam sebagai energi transisi," pungkas Arief.