REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mengungkapkan komoditas biji kakao asal Jembrana, Bali mampu menembus sejumlah negara wilayah Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Tercatat pada 2021 Koperasi Kerta Semaya Samaniya mampu mengirimkan sebanyak 12,5 ton.
Koperasi Kerta Semaya Samaniya merupakan cikal bakal Desa Devisa Kakao Jembrana yang berlokasi di Desa Nusasari, Kabupaten Jembrana, Bali. Ketua Koperasi Kerta Semaya Samaniya I Ketut Wiadnyana mengatakan jika dibandingkan tahun sebelumnya, Koperasi Kerta Semaya Samaniya mendapatkan peluang untuk memasuki ke pasar Amerika Serikat.
“Peluang kami (Koperasi KSS) bisa masuk ke pasar Amerika dan sekaligus juga tantangan yang dihadapi oleh koperasi antara lainnya berkaitan adanya pemenuhan aturan food and drug administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. Tahun ini kami memiliki target produksi biji kakao fermentasi kering mencapai 75 ton dan melakukan persiapan ekspor ke Valrhona, Perancis.”,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (1/1).
Menurutnya aroma khas biji kakao merupakan salah satu keunikan yang dimiliki komoditas kakao Jembrana, Bali dibandingkan dengan kawasan lainnya di Indonesia. Terkenal dengan fermented cocoa bean atau biji kakao fermentasi, desa ini juga merupakan Desa Devisa pertama yang mendapat pendampingan dari LPEI.
Pelatihan dan pendampingan yang diberikan LPEI kepada para petani kakao, anggota dan pengurus koperasi yang tergabung dalam Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS) merupakan cikal bakal Desa Devisa Kakao Jembrana yang berlokasi di Desa Nusasari, Kabupaten Jembrana, Bali.
Sepanjang 2021, salah satu kendala kesulitan yang dihadapi para petani kakao di Jembrana yakni penurunan tingkat produksi. Hal ini dikarenakan oleh faktor perubahan iklim, terutama dampak dari fenomena La Nina yang mengakibatkan curah hujan yang sangat tinggi, sehingga mengakibatkan rontoknya bunga dan bakal buah yang layu karena curah yang tinggi dan kondisi kebun yang lembab.
“Tercatat volume biji kakao kering fermentasi yang dihasilkan mengalami penurunan sangat signifikan dari 48 ton pada 2020 ke posisi 24 ton pada 2021,” ucapnya.
Sementara itu Sekretaris Perusahaan LPEI, Agus Windiarto menambahkan meski di tengah situasi pandemi, LPEI sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan melalui program Jasa Konsultasi tetap aktif melakukan pendampingan secara intensif terhadap Desa Devisa binaan untuk mencari solusi terhadap apapun kendala yang mereka hadapi.
“Semoga tahun ini komoditas Indonesia dapat terus meningkatkan daya saing di pasar global dan menghasilkan eksportir-eksportir baru melalui program jasa konsultasi LPEI,” ucapnya.