Kamis 23 Dec 2021 13:33 WIB

Hapus Premium dan Pertalite demi Transisi Energi, Siap-Siap Inflasi

Pengalihan energi harus tetap mempertimbangkan dampak ekonomi ke masyarakat bawah.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Pengendara melaju di samping spanduk harga promo BBM di SPBU A.P.O Kota Jayapura, Papua, Rabu (7/7). Pemerintah berencana menghapuskan premium dan pertalite dari pasaran dalam rangka transisi energi.
Foto:

Hal ini pun, kata Faisal, juga akan berdampak pada inflasi. Faisal menyebut, inflasi yang sewajarnya terjadi karena dorongan kebijakan pemerintah (administered prices) atau cost push inflation. Kebijakan penghapusan Premium dan Pertalite akan memukul telak masyarakat yang di satu sisi masih dalam kondisi pemulihan ekonomi.

"Akan sangat berdampak pada inflasi. Inflasi yang disebabkan oleh dorongan permintaan atau kenaikan daya beli masyarakat, ini tentu tidak baik, dan kontraproduktif terhadap upaya pemerintah untuk memulihkan ekonomi. Apalagi terhadap daya beli masyarakat golongan bawah yang paling terdampak buruk selama pandemi," ujar Faisal.

Apalagi, kata Faisal, pada saat yang sama postur anggaran tahun depan banyak memotong program bantuan sosial dan subsidi kepada masyarakat bawah. Masyarakat saat ini juga dihadapkan pada berbagai rencana pemerintah yang tidak menyokong masyarakat bawah.

"Belum lagi yang bakal naik bukan cuma BBM, tapi elpiji, pajak juga dinaikkan dan ditambah posnya, sementara harga sembako seperti minyak goreng juga kemungkinan besar belum turun dalam waktu dekat. Tarif dasar listrik juga rencananya akan dinaikkan," ujar Faisal.

Pemerintah melalui Kementerian ESDM pada tahun depan resmi akan menghapus Premium dari peredaran. Menurut Kementerian ESDM, langkah ini dilakukan dalam agenda transisi energi bersih.

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Soerjaningsih menjelaskan, nantinya keberadaan Premium akan digantikan dengan Pertalite. Hal ini juga hanya dalam bentuk transisi, yang nantinya kata Soerja pemerintah akan sepenuhnya menggunakan BBM yang ramah lingkungan, yang artinya indikator RON di atas 90. Tak hanya premium, pemerintah juga berencana mengurangi porsi Pertalite.

"Kita memasuki masa transisi di mana Premium (RON 88) akan digantikan dengan Pertalite (RON 90), sebelum akhirnya kita akan menggunakan BBM yang ramah lingkungan," ujar Soerja, Kamis (23/12).

Soerja menginformasikan, Premium RON 88 saat ini hanya digunakan oleh tujuh negara. Volume yang digunakan pun sangat kecil. Kesadaran masyarakat menggunakan BBM dengan kualitas yang lebih baik menjadi salah satu penyebabnya.

Lebih lanjut, Soerja mengungkapkan, pemerintah tengah menyusun roadmap BBM ramah lingkungan di mana nantinya Pertalite juga akan digantikan dengan BBM yang kualitasnya lebih baik. "Dengan roadmap ini, ada tata waktu di mana nantinya kita akan menggunakan BBM ramah lingkungan. Ada masa di mana Pertalite harus dry, harus shifting dari Pertalite ke Pertamax," kata Soerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement