Selasa 14 Dec 2021 02:14 WIB

Kemenperin Dukung Chandra Asri Bangun Kompleks Kedua Petrokimia

Chandra Asri telah menunjuk empat kontraktor untuk membangun kompleks kedua ini.

Pimpinan proyek melakukan monitoring pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400 ribu ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) di Cilegon, Banten, Kamis (19/7).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Pimpinan proyek melakukan monitoring pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400 ribu ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) di Cilegon, Banten, Kamis (19/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung perusahaan industri petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical (PT CAP) dalam pembangunan proyek kompleks petrokimia yang kedua dengan nilai investasi mencapai 5 miliar dolar AS.

“Kemenperin mendukung pembangunan kompleks kedua petrokimia PT CAP. Perusahaan tersebut selama ini memproduksi bahan baku plastik yang dapat diproses lebih lanjut menjadi berbagai produk hilir oleh sektor industri lainnya, seperti produk kemasan, pipa, otomotif, hingga elektronik,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Dirjen IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam lewat keterangan pers tertulis di Jakarta, Senin (13/12).

Baca Juga

Khayam menyampaikan hal itu saat mendampingi kunjungan kerja spesifik Ketua Komisi VII DPR-RI dan jajarannya ke pabrik PT CAP di Cilegon, Banten. Pembangunan kompleks petrokimia kedua Chandra Asri atau CAP2 merupakan upaya dalam memenuhi permintaan produk petrokimia dalam negeri, sekaligus mengurangi ketergantungan impor.

Kompleks ini nantinya akan terintegrasi sepenuhnya dengan pabrik sebelumnya yang telah ada di Cilegon dan akan terdiri dari Naphtha Cracker, Butadiene, High Density Polyethylene (HDPE), Polypropylene (PP), Aromatic (Benzene, Toluene dan Mixed Xylenes), serta Low Density Polyethylene (LDPE) yang juga akan menjadi pabrik LDPE pertama di Indonesia.

“Melalui anak perusahaan PT CAP, yaitu PT Chandra Asri Perkasa, pembangunan kompleks CAP2 nantinya akan menambah kapasitas total produksi dari 4,2 juta ton menjadi lebih dari 8 juta ton per tahun,” jelas Khayam.

Hal ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi industri petrokimia hilir lokal, mengurangi beban impor, mendukung penciptaan lapangan kerja, serta mengakselerasi penerapan Industri 4.0 di Indonesia.

Pembangunan CAP2 saat ini berada dalam tahap Front-End Engineering Design (FEED) yang merupakan Stage 3 dalam proses tersebut. FEED merupakan tahapan kunci untuk perencanaan rinci proyek CAP2 dan akan diikuti dengan proses seleksi untuk para kontraktor teknis, pengadaan, dan konstruksi (EPC).

Final Investment Decision (FID) akan diambil oleh para pemegang saham setelah seleksi EPC selesai. PT CAP menargetkan untuk mengambil FID pada tahun 2022 dan operasional CAP2 akan dimulai dari tahun 2026.

Pada November 2021 PT CAP telah menunjuk empat kontraktor yaitu Toyo Engineering Corporation, Samsung Engineering Co Ltd, Wood, dan PT Haskoning Indonesia untuk mengerjakan FEED bagi kompleks CAP2. Kerja sama tersebut melibatkan empat kontraktor dari Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand.

“Pemerintah Indonesia juga akan terus berupaya menciptakan iklim usaha industri yang baik, menguntungkan, dan berkesinambungan melalui berbagai kebijakan sehingga investasi seperti yang ditanamkan oleh PT CAP dapat terus bertumbuh dan kekuatan ekonomi negeri kita menjadi semakin kokoh,” ujar Khayam.

Ia menyampaikan PT CAP yang berdiri sejak tahun 1992 tersebut memproduksi berbagai produk Olefin (Ethylene dan Propylene), Pygas dan Poliolefin (Polyethylene dan Polypropylene).

Kapasitas produksi Ethylene sebesar 900 ribu ton per tahun, Propylene sebesar 490 ribu ton/tahun, Polyethylene sebesar 736 ribu ton per tahun dan Polypropylene sebesar 590 ribu ton per tahun. Saat ini PT CAP telah menyerap tenaga kerja sekitar 1500 orang.

Substitusi impor bahan baku produk kimia sangat dibutuhkan oleh sektor industri ini. Volume impor bahan kimia di tahun 2020 telah mengalami penurunan dari tahun 2019, yaitu menjadi 25,1 juta ton dari 26 juta ton.

Nilai impor bahan kimia juga menurun, dari 18,9 miliar dolar AS di tahun 2019 menjadi 15,9 miliar dolar AS pada 2020. “Sedangkan impor petrokimia juga menunjukkan penurunan, dari 7,99 juta ton (9,24 miliar dolar AS) di tahun 2019, menjadi 7,33 juta ton (7,14 miliar dolar AS) di sepanjang 2020,” ujar Khayam.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement