REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bisa memeriksa laporan keuangan pada masing-masing BUMN. Hal ini setelah Kementerian BUMN memiliki laporan keuangan BUMN secara konsolidasi.
"Ini pertamakalinya Kementerian BUMN punya laporan keuangan konsolidasi, tentu masing-masing BUMN (seperti) Telkom, PLN dan lain-lain punya laporan keuangan tapi yang terkonsolidasi, 41 BUMN dengan anak-cucunya," ujar Erick di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (1/12).
Erick menyebut laporan keuangan BUMN secara konsolidasi belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, Erick saat ini dapat mengecek keuangan setiap BUMN.
"Bahkan saya bisa cek mana yang tidak efisien dan ada pembrorosan, jadi supaya jangan ada raja-raja kecil di BUMN, jadi kita bangunin, kita konsolidasikan," ucap Erick.
Dari hasil pengamatannya, Erick menyebut terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada laba bersih BUMN secara konsolidasi. Erick mengatakan total laba bersih BUMN secara konsolidasi hingga kuartal III 2021 mencapai Rp 61 triliun atau meningkat tajam dibanding laba bersih BUMN secara konsolidasi selama 2020 yang sebesar Rp 13 triliun.
"Alhamdulillah dengan transparansi, profesionalisme, check and balance, perbaikan model bisnis, dan banyak transformasi yang kita lakukan, sekarang laba bersih konsolidasi kuartal III itu Rp 61 triliun, kemarin (2020) Rp 13 triliun sampai akhir tahun, saat ini Rp 61 triliun di kuartal III," ungkap Erick.
Erick menyebut BUMN sektor perbankan, asuransi, energi dan pertambangan, sebagai penyumbang terbesar dalam peningkatan laba bersih BUMN secara konsolidasi. Selain itu, ucap Erick, keberhasilan transformasi juga membuat Telkom dan Telkomsel turut berkontribusi dalam peningkatan laba bersih BUMN.
"Kalau (Telkom Group) tidak diperbaiki (model bisnis) ya sunset, sekarang dengan perbaikan (Telkom Group) menjadi penyumbang," ucapnya.
Erick meminta BUMN meneruskan pencapaian apik dengan tetap adaptif dalam menghadapi perubahan dan dinamika usaha. Erick menilai tren peningkatan laba bersih BUMN secara konsolidasi bisa saja stagnan atau justru menurun apabila tidak mengantisipasi perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, Erick terus menggenjot lara direksi, komisaris, Kementerian BUMN untuk tidak berada di zona nyaman.
"Hal-hal ini sangat penting, transformasi perubahan harus didorong terus, jangan gara-gara oh hebat sudah untung Rp 61 triliun, empat kali lipat dari tahun kemarin lalu tenang, nggak," lanjutnya.
Erick mengingatkan saat ini pertamakalinya Indonesia mengalami defisit anggaran lebih dari tiga persen. Kata Erick, negara tak mungkin hanya mengandalkan pemasukan dari pajak untuk saat ini. Erick menilai BUMN harus mampu berkontribusi lebih dengan peningkatan dividen ke depan.
"(BUMN) itu jangan (seperti) kapal tua yang malah susahkan banyak orang," kata Erick menambahkan.
Baca juga : Erick Thohir: Kita Sudah Tutup 74 Anak-Cucu BUMN