REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup dalam pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (30/11). Di akhir sesi kedua, IHSG turun signifikan sebesar 1,13 persen ke posisi 6.533,93.
Penurunan IHSG ini sejalan dengan pergerakan indeks saham di Asia yang rata-rata terpangkas lebih dari satu persen. Sementara itu, investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp 973,93 miliar.
Penurunan indeks sore ini terjadi karena adanya kekhawatiran terhadap varian Omicron. "Investor khawatir apabila varaian Omicron akan terbukti lebih kebal terhadap vaksin dan dapat menyebabkan gangguan yang luas pada eknomi global," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (30/11).
Menurut riset, sentimen positif di awal sesi perdagangan berubah menjadi ledakan sikap waspada (risk aversion) setelah direktur utama (Chief Operating Officer atau CEO) Moderna, Stéphane Bancel, mengatakan vaksin Covid-19 tidak akan efektif melawan varian Omicron seperti ketika melawan varian Delta.
Bancel menambahkan jumlah mutasi varian Omicron untuk masuk ke dalam sel manusia sangat tinggi. Hal ini pun mengindikasi bahwa vaksin yang ada sekarang harus dimodifikasi. Kekebalan terhadap vaksin dapat mengarah kepada lonjakan kasus penularan dan tingkat perawatan di Rumah Sakit. Pandemi pun akan berlangsung lebih lama lagi.
Dari sisi makroekonomi, menurut riset, data resmi Manufacturing PMI China yang dirilis oleh National Bureau of Statistics (NBS) secara tak terduga naik ke level 50,1 pada November dari level 49,2 pada Oktober seiring dengan meredanya lonjakan bahan mentah dan pembatasan penggunaan listrik.
Perkembangan positif juga datang dari data Industrial Production Jepang yang pada Oktober mencatatkan partumbuhan untuk pertama kali dalam empat bulan terakhir. Pembukaan kembali aktivitas pabrik telah melonggarkan keterbatasan pasokan bagi sektor otomotif dan berbagai industri lain yang tergantung dengan penjualan ekspor.