Ahad 28 Nov 2021 11:13 WIB

China tak Berkomitmen pada Rilis Minyak AS

Pasar tertarik untuk melihat langkah OPEC selanjutnya karena pengumuman AS.

Ilustrasi kilang minyak
Foto:

"Pasar tampaknya percaya pada OPEC Plus untuk menjaga keseimbangan minyak lebih ketat daripada percaya pada sifat sementara dari rilis SPR," kata Analis Pasar Minyak Senior Rystad Louise Dickson.

OPEC Plus, yang mencakup Arab Saudi dan sekutu AS lainnya di Teluk serta Rusia, bertemu lagi pada 2 Desember untuk membahas kebijakan. Kelompok itu memantau apakah pasar minyak seimbang.

Menteri perminyakan Irak Ihsan Abdul Jabbar mengatakan kelompok itu perlu mempelajari data terbaru sebelum membuat keputusan tentang pasokan. Negara-negara produsen sudah berjuang untuk memompa cukup minyak memenuhi target yang ada dan mereka juga khawatir kebangkitan kasus COVID-19 dapat kembali menurunkan permintaan.

Upaya Washington bekerja sama dengan ekonomi utama Asia untuk menurunkan harga energi merupakan peringatan bagi OPEC Plus untuk mengendalikan harga minyak mentah yang naik lebih dari 50 persen sepanjang tahun ini. 

Di masa lalu, pelepasan cadangan multi-negara telah dikoordinasikan oleh Badan Energi Internasional (IEA), pengawas yang berbasis di Paris. IEA tidak melakukan intervensi untuk mempengaruhi harga, tetapi kepala agensi mengatakan beberapa produsen telah membatasi pasokan terlalu banyak.

"Beberapa tekanan utama di pasar saat ini dapat dianggap sebagai pengetatan buatan karena di pasar minyak hari ini kita melihat hampir 6 juta barel per hari dalam kapasitas produksi cadangan terletak pada produsen utama, negara-negara OPEC+," ujar Fatih Birol, kepala IEA.

Berdasarkan rencana tersebut, Amerika Serikat akan melepaskan 50 juta barel, setara dengan sekitar 2,5 hari dari permintaan domestik. Namun, beberapa analis menyebut struktur rilis AS - kombinasi 18 juta barel penjualan yang telah disetujui sebelumnya dan pinjaman 32 juta barel - terlalu kecil dan sementara.

 

Goldman Sachs mengatakan volume yang diumumkan adalah "setetes di lautan". Dampak penjualan dari cadangan strategis diperkirakan akan terasa pertama di Amerika Serikat dan kemudian Asia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement